Ia menyatakan bahwa masyarakat global harus mulai mengedepankan pendekatan rasional dan tidak terjebak dalam glorifikasi teologis yang dapat memperpanjang konflik serta memperkeruh upaya perdamaian.
Ia juga menyayangkan narasi publik yang sering terpolarisasi secara ekstrem baik mendukung Iran secara buta maupun mengagungkan Israel secara membabi buta tanpa melihat kenyataan bahwa kedua pihak telah menjadikan rakyat sipil sebagai korban.
Yang lebih disayangkan, ketika narasi tersebut dibumbui oleh kutipan-kutipan kitab suci yang dijadikan justifikasi atas pembunuhan atau kekerasan.
Baca Juga: Di Balik Konflik Iran dan Israel, Diduga Ada Pertarungan Dua Ideologi Mesianik Abad Modern
Islah mengajak masyarakat untuk kembali kepada nilai-nilai dasar kemanusiaan. Ia menolak keras segala bentuk pembantaian yang diklaim sebagai kehendak ilahi.
Dalam sejarah panjang konflik global, termasuk tragedi di Karbala dan peristiwa konversi paksa di Andalusia, banyak kejahatan yang dilakukan atas nama agama, padahal yang sesungguhnya terjadi adalah ambisi kekuasaan yang berkedok doktrin suci.
Baginya, agama tidak boleh menjadi alat untuk mengkafirkan, menghakimi, apalagi menghilangkan nyawa. Setiap manusia, tanpa memandang latar belakang agama, diciptakan oleh Tuhan yang sama dan memiliki hak hidup yang sama.***
Baca Juga: Israel Kalah dalam Dua Aspek Vital, Pengamat Timur Tengah Menilai Iran Menang 2-0
Artikel Terkait
Perang Dunia Picu Krisis, Jusuf Kalla: Ekonomi Indonesia Ikut Tertekan!
Dampak Langsung Perang Israel–Iran ke Indonesia, Menkeu Sri Mulyani Mewanti-Wanti
Iran Belum Gunakan Rudal Berdaya Ledak Besar, Pakar Intelijen Soroti Potensi Perang Terbuka
Amien Rais Nilai Perang Iran-Israel Bisa Jadi Titik Balik Kebangkitan Dunia Islam
Perang Iran-Israel Jadi Alarm! Adi Prayitno: Indonesia Harus Siap Tempur Segala Situasi
Tajam! Soal Perang Iran-Israel, Pengamat: Trump Masuk Jebakan Kedunguannya Sendiri