bisnisbandung.com - Ketegangan antara Iran dan Israel memicu polemik global, tak hanya dalam ranah politik dan militer, tetapi juga pada bagaimana konflik ini dikaitkan dengan agama.
Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia, Islah Bahrawi, menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap kecenderungan menjadikan agama sebagai pembenaran dalam konflik bersenjata.
“Jadi yang paling membuat saya sangat concern dalam perang antara Iran dan Israel ini adalah ketika agama itu menjadi alat legitimasi,” tegasnya di Indonesia Lawyers Club.
Baca Juga: Monique Rijkers: Sejak Revolusi Islam Iran 1979, Iran Menyebarkan Propaganda Anti-Israel ke Dunia
Islah menegaskan pentingnya memisahkan semangat teologis dari aksi kekerasan. Ia menilai bahwa ketika ayat-ayat kitab suci, baik dari Alkitab, Al-Qur’an, maupun Taurat, digunakan sebagai legitimasi perang, maka kekerasan yang terjadi akan dikemas seolah-olah mulia.
Hal ini dianggap berbahaya karena dapat mengaburkan batas antara pembelaan moral dan ambisi politik.
Menurut Islah, sejarah panjang peradaban dunia mencatat bahwa sebagian besar konflik berdarah termasuk yang terjadi di kawasan Timur Tengah kerap dibungkus dengan narasi keagamaan.
Baca Juga: Aktivis Pro-Israel Klaim Israel Menang: Serangan Tidak Membabi Buta seperti Iran
Ia menyebut bahwa peristiwa-peristiwa besar seperti Perang Salib, penaklukan Konstantinopel, hingga konflik di Yerusalem, kerap menyematkan agama sebagai alasan utama, padahal muatannya lebih dominan bersifat politik dan ekspansi kekuasaan.
“Dan hampir semuanya, perang dan pelanggaran kemanusiaan yang terjadi di sana, kita bicara di sana, atas nama keyakinan-keyakinan teologis semuanya. Nah, ini adalah gambaran bahwa tidak boleh aksi-aksi dehumanisasi itu kemudian dilegitimasi oleh sitiran ayat-ayat atau atas nama agama apa pun,” ucapnya.
Islah memaparkan bahwa siapa pun pihak yang menjadikan agama sebagai pembenaran dalam melakukan kekerasan baik Iran maupun Israel pada dasarnya telah merusak esensi nilai agama itu sendiri.
Semua agama, menurutnya, membawa pesan kasih, perdamaian, dan kemanusiaan, bukan pembantaian atas nama doktrin atau kepercayaan tertentu.
Dalam refleksi tersebut, Islah menekankan bahwa motivasi sesungguhnya dalam konflik semacam ini lebih bersifat geopolitik dan perebutan pengaruh kawasan.
Baca Juga: Di Balik Konflik Iran dan Israel, Diduga Ada Pertarungan Dua Ideologi Mesianik Abad Modern
Artikel Terkait
Perang Dunia Picu Krisis, Jusuf Kalla: Ekonomi Indonesia Ikut Tertekan!
Dampak Langsung Perang Israel–Iran ke Indonesia, Menkeu Sri Mulyani Mewanti-Wanti
Iran Belum Gunakan Rudal Berdaya Ledak Besar, Pakar Intelijen Soroti Potensi Perang Terbuka
Amien Rais Nilai Perang Iran-Israel Bisa Jadi Titik Balik Kebangkitan Dunia Islam
Perang Iran-Israel Jadi Alarm! Adi Prayitno: Indonesia Harus Siap Tempur Segala Situasi
Tajam! Soal Perang Iran-Israel, Pengamat: Trump Masuk Jebakan Kedunguannya Sendiri