Sejak saat itu, Amerika disebut berulang kali berusaha menggulingkan kekuasaan di Iran, termasuk melalui dukungan terhadap serangan Irak pada era Saddam Hussein.
Abu Janda juga membahas konsep military-industrial complex yang ia anggap sebagai motivasi utama di balik kebijakan perang negara-negara besar, terutama Amerika Serikat.
Ia menyebut bahwa perusahaan swasta seperti Lockheed Martin, produsen jet tempur F-35, menjadi pihak yang diuntungkan dari konflik bersenjata, mengingat dukungan dana besar dari pemerintah Amerika setiap tahunnya, termasuk hibah militer ke Israel.
Menanggapi isu penutupan Selat Hormuz oleh Iran, Abu Janda berpandangan bahwa skenario tersebut kecil kemungkinan akan terjadi.
Baca Juga: Pekerja Nggak Dapat BSU Padahal Gaji Kecil? Ini Kata Kemnaker
“Kalau sampai diblok itu Selat Hormuz sama Iran, tanker-tanker China enggak bisa lewat situ, ekonomi China akan terpukul 40%. Tidak mungkin Iran akan menghancurkan ekonomi sekutunya di BRICS. Mustahil,” lugasnya.
Ia menyebut bahwa Iran tidak akan mengambil langkah yang bisa merugikan negara sekutunya, termasuk China, yang juga sangat bergantung pada jalur tersebut untuk pasokan energi.
Penutupan Selat Hormuz, jika dilakukan, justru dapat memukul ekonomi global, termasuk ekonomi negara-negara anggota BRICS yang memiliki kedekatan strategis dengan Iran.***
Baca Juga: Pekerja Nggak Dapat BSU Padahal Gaji Kecil? Ini Kata Kemnaker
Artikel Terkait
Pengamat Timur Tengah Ungkap Pesan Terselubung, Beberkan Tiga Penyebab Serangan Balasan Iran ke Israel
Amien Rais Nilai Perang Iran-Israel Bisa Jadi Titik Balik Kebangkitan Dunia Islam
Iran Tunjukkan Keperkasaannya, Amien Rais: Israel Mulai Rontok!
Perang Iran-Israel Jadi Alarm! Adi Prayitno: Indonesia Harus Siap Tempur Segala Situasi
Tajam! Soal Perang Iran-Israel, Pengamat: Trump Masuk Jebakan Kedunguannya Sendiri
Eropa Paling Terancam Krisis Energi jika Iran Tutup Selat Hormuz, Pengamat Ingatkan Risiko Global