Timur Tengah dalam Cengkeraman Barat! Abu Janda Ungkap Iran Tidak akan Tutup Selat Hormuz

photo author
- Rabu, 25 Juni 2025 | 18:00 WIB
Abu Janda, Pegiat Media Sosial (Tangkap layar youtube Official Inews)
Abu Janda, Pegiat Media Sosial (Tangkap layar youtube Official Inews)

bisnisbandung.com - Pegiat media sosial, Permadi Arya alias Abu Janda, menyampaikan pandangannya di salah satu acara diskusi terbuk mengenai dominasi Barat di kawasan tersebut.

Ia menyoroti bagaimana sejarah dan struktur kekuasaan di Timur Tengah dibentuk oleh intervensi kekuatan asing, terutama negara-negara Barat seperti Inggris, Prancis, dan Amerika Serikat.

Dalam ulasannya, Abu Janda menjelaskan bahwa pasca-Perang Dunia I, wilayah Timur Tengah yang sebelumnya berada di bawah kekuasaan Kekhalifahan Ottoman mengalami pembagian wilayah secara sepihak oleh Inggris dan Prancis melalui perjanjian Sykes-Picot.

Baca Juga: Eropa Paling Terancam Krisis Energi jika Iran Tutup Selat Hormuz, Pengamat Ingatkan Risiko Global

“Cuman Ottoman Turki ini kalah. Jadi karena Ottoman Turki ini kalah, seluruh wilayah Timur Tengah itu jadi milik negara-negara Eropa, termasuk Prancis dan Inggris,” jelasnya dilansir dari youtube Official Inews.

Dari sinilah lahirnya negara-negara seperti Arab Saudi, Yordania, Suriah, dan lainnya, yang menurutnya sejak awal berdiri di bawah restu Barat.

Situasi ini menciptakan kondisi di mana banyak negara Arab memiliki pemerintahan yang cenderung pro-Barat.

Oleh karena itu, ia menilai tidak mengherankan jika sebagian besar negara tersebut tidak aktif membantu perjuangan Palestina.

Baca Juga: Tajam! Soal Perang Iran-Israel, Pengamat: Trump Masuk Jebakan Kedunguannya Sendiri

“Itu makanya, adik-adik, enggak usah aneh kalau lihat sekarang tidak ada satu pun negara di Arab, di Timur Tengah, yang mau nyerang Israel untuk membela Palestina,” tegasnya.

Mereka dianggap memiliki ketergantungan historis dan politis terhadap kekuatan asing yang kini mendominasi kebijakan luar negeri mereka.

Lebih lanjut, Abu Janda menyoroti dinamika hubungan Amerika Serikat dan Iran. Ia mengingatkan bahwa sebelum Revolusi Islam 1979, Iran adalah sekutu dekat Barat, khususnya Amerika dan Inggris.

Minyak Iran bahkan dikelola oleh perusahaan-perusahaan asing seperti British Petroleum. Namun sejak revolusi yang dipimpin Ayatollah Khomeini, Iran berubah haluan menjadi negara yang menentang dominasi Barat.

Baca Juga: Menuduh PSI Pura-pura Tapi PDIP Sendiri Gak Pernah Demokratis! Ade Armando Bongkar Kebohongan!

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Durotul Hikmah

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X