bisnisbandung.com - Ferry Irwandi, memberikan tanggapan tegas terhadap pernyataan yang dilontarkan Gus Ulil Abshar Abdalla, yang menyebut penolakan total terhadap pertambangan sebagai bentuk “Wahabi lingkungan”.
Ferry menilai istilah tersebut tidak hanya problematik secara intelektual, tetapi juga menyederhanakan persoalan serius terkait lingkungan dan ekonomi.
“Jadi ya, Gus Ulil ini terjebak dikotomi palsu. Padahal, menjaga lingkungan justru bisa menghasilkan nilai ekonomi yang lebih tinggi dan berkelanjutan. Jadi enggak kontradiktif gitu,” ucapya di youtube pribadinya.
Menurut Ferry, pelabelan ekstrem terhadap penolakan tambang semata karena tidak sejalan dengan pendekatan moderat justru mengaburkan substansi debat.
Baca Juga: Kejari Soroti Potensi Tersangka Baru di Kasus MUJ, Nama RK Masuk dalam Radar Pemeriksaan
“Jadi ini sesat pikir karena menyederhanakan posisi lawan jadi karakter lemah yang mudah diserang. Seakan-akan alasan penolakan ini cuma masalah lingkungan. Padahal aslinya, udah mah ngerusak lingkungan, enggak cuan pula,” gamblangnya.
Ia menyatakan bahwa anggapan seolah-olah masyarakat harus memilih antara keberlanjutan lingkungan atau pertumbuhan ekonomi adalah bentuk dikotomi palsu yang menyesatkan.
Dalam pandangannya, menjaga kelestarian lingkungan di wilayah seperti Raja Ampat tidak harus bertentangan dengan tujuan ekonomi, bahkan justru bisa menjadi pendorong ekonomi jangka panjang jika dikelola dengan benar.
“Gue bahkan harus menyatakan secara jelas di video sebelumnya, benar-benar di awal video, bahwa gue bukan aktivis lingkungan. Gue bukan anti tambang nikel, bukan anti hilirisasi dan industri. Handphone gue dari nikel, mobil gue juga butuh nikel. Gue cuma anti kebodohan aja,” tegasnya.
Baca Juga: Kejari Soroti Potensi Tersangka Baru di Kasus MUJ, Nama RK Masuk dalam Radar Pemeriksaan
Ferry menilai bahwa framing yang membenturkan konservasi dengan pembangunan cenderung mengaburkan opsi-opsi alternatif yang lebih menguntungkan dan minim risiko, seperti ekowisata, perikanan berkelanjutan, dan jasa lingkungan.
Ia juga menyoroti bahwa pendekatan "pragmatis" yang membenarkan eksploitasi sumber daya alam tanpa kalkulasi menyeluruh merupakan bentuk sesat pikir yang berbahaya, apalagi jika disertai dengan narasi yang meremehkan upaya perlindungan lingkungan.
Baca Juga: Konflik Iran-Israel Memanas, Presiden Prabowo Perintahkan Segera Evakuasi 380 WNI di Teheran
Ferry Irwandi menggarisbawahi bahwa penolakan terhadap tambang di Raja Ampat tidak lahir dari fanatisme, tetapi dari analisis dampak sosial-ekologis yang nyata, serta pertimbangan ekonomi lintas generasi.
Artikel Terkait
Bikin Heboh! Kapal JKW Mahakam dan Dewi Iriana di Tambang PT Gag Raja Ampat
Ada Kejanggalan Saat Bahlil Kunjungi Raja Ampat, DPD RI dari Papua Barat Daya: Saya Curiga Itu By Design
Sindir Greenpeace Indonesia, Ketua PBNU Sebut Menolak Total Adanya Penambangan Bentuk Wahabinisme
Dilabeli Ekstrem, Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia Sindir Konsesi-Konsesi tambang PBNU
KPK Dalami Potensi Korupsi Tambang Nikel di Raja Ampat, Setyo: Sudah Kirim Rekomendasi ke Pemerintah
Soal Tambang di Raja Ampat, DPR akan Panggil Kementerian ESDM dan KLHK Bahas Temuan Lingkungan