Perang Dunia Picu Krisis, Jusuf Kalla: Ekonomi Indonesia Ikut Tertekan!

Bisnisbandung.com - Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI Jusuf Kalla menyoroti dampak serius dari konflik global terhadap kondisi ekonomi dunia termasuk Indonesia.

Menurut Jusuf Kalla perang yang terjadi di sejumlah kawasan dunia telah menjadi pemicu utama krisis ekonomi global.

Jusuf Kalla mengingatkan pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk mewaspadai dampak lanjutan dari situasi global yang tak menentu.

Baca Juga: Seberapa Besar Inovasi Pengajaran Bahasa Inggris dalam menghadapi Globalisasi?

“Perang memicu dunia menjadi krisis dan Indonesia tentu ikut merasakannya,” ujar Jusuf Kalla yang dikutip dari youtube Metro TV.

Jusuf Kalla menyebut konflik bersenjata antara Rusia dan Ukraina, Israel dan Gaza, India dan Pakistan, hingga ketegangan terbaru antara Iran dan Israel sebagai sumber ketidakstabilan global yang signifikan.

Menurutnya rangkaian konflik ini membuat ekonomi dunia lesu.

“Perang-perang ini bukan hanya membuat dunia tidak tenang tapi langsung berdampak pada harga komoditas. Indonesia ikut terkena karena kita eksportir bahan mentah,” ujarnya.

Jusuf Kalla mengungkapkan akibat kondisi global yang tidak stabil, harga sejumlah produk unggulan Indonesia seperti mineral, batubara, nikel, dan tembaga mengalami penurunan tajam.

Baca Juga: Nama Pemain Belum Dibocorkan, Ginanti Rona Sutradarai Proyek Film Horor Religi 'Qorin 2'

“Semua harga turun. Dan penurunan harga ini tentu jadi masalah besar bagi negara karena otomatis menurunkan penerimaan negara dari pajak,” kata Jusuf Kalla.

Penurunan pendapatan ini lanjutnya mempersempit ruang fiskal pemerintah terutama di tengah kebutuhan anggaran yang terus meningkat untuk sektor sosial dan pembangunan.

Tak hanya soal perang Jusuf Kalla juga menyoroti kebijakan ekonomi proteksionis Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

Ia menyebut kebijakan itu sebagai langkah yang tidak hanya merugikan dunia tapi juga menciptakan gejolak di dalam negeri AS sendiri.

Baca Juga: Warga Hingga Elite Aceh Kompak Tolak Serah Pulau ke Sumut, Isu Migas dan Oligarki Mencuat