Menurut Bambang, Bank Dunia menggunakan pendekatan relatif untuk membandingkan negara dalam kelompok yang sama, sementara BPS memakai pendekatan absolut yang menghitung siapa saja warga negara yang belum mampu memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari.
Kedua pendekatan ini sah dan digunakan sesuai tujuan masing-masing, bukan karena salah dalam metode.
Ia juga menegaskan bahwa perbedaan angka antara Bank Dunia dan BPS seharusnya tidak menimbulkan kebingungan, selama publik memahami bahwa metodologi dan tujuannya berbeda.
Dalam konteks internasional, data Bank Dunia membantu membandingkan posisi Indonesia dengan negara lain dalam kelompok yang sama, seperti Malaysia dan Thailand, yang saat ini memiliki pendapatan per kapita lebih tinggi.***
Baca Juga: Mantan Presiden Masih Dianggap ‘Bos’? Feri Amsari Ungkap Bahaya dalam Politik Indonesia
Artikel Terkait
Ada yang Bilang Saya Dibohongi Menteri, Prabowo: Tapi Ekonomi Kita Nyata Kuat!
Membeludak! Lonjakan Pelamar PPSU Cerminkan Kelesuan Ekonomi di Jakarta
Dedi Mulyadi Dinilai Peka, Tangkap Beban Ekonomi dan Psikologis Siswa Miskin Lewat Larangan Study Tour
PHK Meningkat, Cak Imin Minta Tata Kelola Ekonomi Dibenahi Total
Indonesia Memang Butuh, Uji Coba Vaksin TBC dari Bill Gates Bukan Jadi ‘Kelinci Percobaan’
Mantan Presiden Masih Dianggap ‘Bos’? Feri Amsari Ungkap Bahaya dalam Politik Indonesia