bisnisbandung.com - Tragedi ledakan amunisi di Kabupaten Garut yang merenggut nyawa warga sipil dan prajurit TNI bukan semata kecelakaan biasa.
Guru Besar Politik dan Keamanan Universitas Padjadjaran, Prof. Muradi, menilai bahwa peristiwa ini mengindikasikan adanya pembiaran sistemik dan kegagalan dalam penerapan prosedur tetap (SOP) di lapangan.
Menurut analisisnya, prosedur pemusnahan amunisi yang seharusnya sudah jelas dan ketat diduga tidak diikuti secara konsisten.
Baca Juga: Nasi Goreng dalam Politik, Adi Prayitno Ungkap Dinamika Hubungan Megawati-Prabowo
Meski secara formal sistem pengamanan dan pemusnahan amunisi telah diatur, praktik di lapangan menunjukkan celah yang serius, terutama akibat kebiasaan lama yang terus dibiarkan.
“Jadi, prosedur sudah ada. Hanya memang saya melihatnya, kelalaian ini kemudian dipicu oleh kebiasaan tadi,” lugasnya dilansir Bisnis Bandung dari youtube Kompas TV, Selasa (13/5).
Salah satu kebiasaan tersebut adalah kedekatan antara prajurit dan warga sekitar lokasi, yang kemudian melonggarkan batasan akses ke area berbahaya.
Baca Juga: Tekanan Global untuk Palestina Semakin Kuat, Anies: Dunia Akan Dukung Kemerdekaan
Prof. Muradi menjelaskan bahwa proses pemusnahan semestinya dilakukan dengan pengawasan ketat dan area harus tetap steril dari warga hingga semua tahapan selesai, termasuk pengangkutan sisa ledakan.
Namun, dalam kasus ini, masyarakat justru berada di area yang seharusnya clear zone, bahkan sebelum semua prosedur selesai dijalankan.
“Tapi karena ada sejumlah warga sipil yang kok bisa masuk, padahal dalam mekanisme SOP dan sebagainya, jangankan untuk tempat pemusnahan amunisi, untuk masuk ke kompleks militer saja kita perlu ada proses,” terangnya.
Hal ini diduga terjadi karena kelonggaran dan kedekatan sosial yang tidak disertai pengendalian profesional di lapangan.
Selain itu, ia menyoroti kemungkinan adanya faktor kelalaian internal. Tugas-tugas penting seperti pengangkutan sisa amunisi seharusnya dilakukan terlebih dahulu oleh personel militer, sebelum membuka akses kepada pihak luar.
Baca Juga: Slow Living, Gaya Hidup Bebas Dari Stres Dan Menikmati Hidup Sepenuhnya
Artikel Terkait
DPRD Jawa Barat Geram! Program Prioritas Dicoret Gubernur Dedi Mulyadi
Pembangunan Jawa Barat Bukan untuk Cari Panggung, Dedi Mulyadi: Untuk Rakyat!
Pemusnahan Amunisi di Garut Jadi Tragedi, Dedi Mulyadi Berdoa untuk Korban
Pemusnahan Amunisi TNI AD Berakhir Tragis, 13 Korban Jiwa Terjadi di Garut
Dedi Mulyadi Buka Suara Soal Pelaporan ke Komnas HAM, "Kami Peduli dengan Masa Depan Anak-anak"
Kak Seto Sebut Gubernur Dedi Mulyadi Sebagai ‘Sahabat Anak’ Berkat Program Pendidikan Inovatif