Jangan Bandingkan Metode Pendidikan Indonesia dengan Negara Lain, Ini Kata Cania

photo author
- Jumat, 2 Mei 2025 | 21:15 WIB
Pendidikan di Indonesia (Tangkap layar youtube Malaka Project)
Pendidikan di Indonesia (Tangkap layar youtube Malaka Project)

 

 Bisnisbandung.com - Persoalan rendahnya kemampuan literasi dan numerasi siswa di Indonesia menjadi sorotan publik.

 Fenomena siswa SMP yang belum mampu membaca dan menulis, seperti yang terjadi di Buleleng, Bali, menunjukkan bahwa tantangan pendidikan di Indonesia masih sangat mendasar.

 Cania Citta, seorang edukator dan influencer, menyampaikan pandangannya mengenai isu ini dengan pendekatan berbasis data dan realita sosial.

Baca Juga: Soal Ancaman Ormas, Dedi Mulyadi Tegas: Kritik Saya Terima Ancaman Tidak

Menurut Cania, permasalahan ini tidak bisa diselesaikan hanya dengan mengadopsi sistem pendidikan dari negara-negara maju seperti Finlandia atau Jepang.

“Gua lihat di mana-mana, setiap ada percakapan tentang masalah pendidikan Indonesia, akan ada komen yang kira-kira bunyinya gini: ‘Tapi di Jepang gini-gini…’ atau Di Finlandia gini-gini…” ujarnya dilansir Bisnis Bandung dari youtube Malaka Project, Jumat (2/5).

“Contoh: kita lagi diskusi, harus ada mata pelajaran wajib apa aja nih di sekolah kita. Akan ada yang komen: Di Norway mata pelajarannya dikit kok, tapi maju…” terusnya.

 Baca Juga: Rismon Sianipar Meledak di Podcast: Jokowi Bisa Bohongi Pendukungnya, Tapi Bukan pada Teknologi!

Ia menilai bahwa perbandingan semacam itu justru bisa menyesatkan jika tidak mempertimbangkan konteks dan level kesiapan masyarakat Indonesia.

Sistem pendidikan yang diadopsi harus sesuai dengan kondisi nyata, bukan disalin mentah-mentah dari negara dengan infrastruktur pendidikan dan sumber daya manusia yang sudah lebih maju.

Berdasarkan data literasi internasional dan temuan di lapangan, Cania menempatkan pendidikan Indonesia saat ini masih berada pada tahap paling awal atau “level 1” dalam klasifikasi mutu pendidikan global.

Dengan posisi ini, fokus utama yang seharusnya dikembangkan adalah penguatan kemampuan dasar, seperti membaca, menulis, dan berhitung.

Pendidikan tidak cukup hanya menyentuh sisi emosional atau estetika, melainkan perlu dirancang untuk membangun fondasi kognitif secara menyeluruh.

Baca Juga: Pelan-pelan Disingkirkan Prabowo? Pengamat: Satu per Satu Orang Jokowi Keluar dari Istana

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Alit Suwirya

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X