Ikrar juga menyoroti bahaya revisi UU TNI yang memperbolehkan pelibatan militer tanpa persetujuan DPR maupun perintah presiden.
Menurutnya hal ini bisa membawa Indonesia kembali ke era Orde Baru, di mana militer sangat dominan.
“Rakyat di Papua dan wilayah lainnya tentu khawatir. Supremasi sipil harus tetap dijaga. Militer bukan dewa, mereka juga manusia,” ujarnya tegas.
Dialog juga menyentuh realita ekonomi di lapangan.
Baca Juga: Indonesia Bukan Negara ‘Ecek-Ecek’ Guru Besar IPB: Saatnya Tantang Hak Veto Amerika
Ikrar menekankan pentingnya kebijakan ekonomi yang berpihak pada pekerja dan rakyat kecil.
Ia menyinggung soal PHK massal di sektor perhotelan akibat okupansi rendah yang belum membaik pasca-pandemi dan efisiensi anggaran negara.
“Jangan hanya bicara soal petani. Buruh, pekerja informal, dan mereka yang kena PHK juga butuh perhatian. Apakah mereka akan dibantu atau hanya dapat bansos?” sindir Ikrar.
Dialog empat jam ini dinilai sebagai langkah maju dalam keterbukaan informasi publik.
Baca Juga: Tarif Trump Tamparan Agar Indonesia Berbenah, Bayu Krisnamurthi: Ini Sebagai Trigger
Namun para pengamat menilai janji-janji Presiden Prabowo perlu terus dikawal terutama terkait program strategis yang menyangkut hajat hidup rakyat banyak.
“Dialog ini langkah berani. Tapi jangan berhenti di kata-kata. Rakyat menunggu bukti nyata,” tutup Ikrar.***
Artikel Terkait
Bukan Kabinda Dasco, Rocky Gerung: Tapi Saya Kapolda!
KPK Angkat Bicara Soal Gagasan Prabowo Miskinkan Koruptor
Viral! Bupati Bandung Barat Bawa Anak saat Dinas, Ini Respons Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi
Rp 10 Miliar Anggaran untuk Stunting, Dedi Mulyadi: Isinya Rapat di Hotel, Anak Tetap Stunting
Jangan Lagi Ngemis di Jalan! Dedi Mulyadi Semprot Peminta Sumbangan Masjid
Skandal Ridwan Kamil & Lisa Makin Panas! Pengamat Sebut Jawaban Ridwan Kamil Tak Meyakinkan