Ia menyebut bahwa ancaman tersebut tak lebih dari ekspresi kekecewaan dan ketidakberdayaan politik.
"Orang yang punya kekuasaan, punya power, punya senjata, nggak perlu ngancam. Kalau mereka punya kekuatan nyata, langsung bertindak," katanya.
Menurutnya pihak-pihak yang mengumbar ancaman sebenarnya tidak memiliki kekuatan nyata.
Ia bahkan membandingkan mereka dengan kelompok "powerlessness" atau orang-orang yang sudah kehilangan daya.
Baca Juga: Didit Hediprasetyo Kunjungi Megawati, Adi Prayitno: Didit ini adalah Replika dari Prabowo Subianto
Lebih lanjut M Sobary menegaskan bahwa dirinya berbicara atas dasar keprihatinan terhadap situasi politik yang terjadi.
Ia melihat PDIP sebagai partai yang saat ini tengah mengalami tekanan dari berbagai sisi.
"Saya bukan kader partai tapi saya melihat ketidakadilan yang telanjang di depan mata kita. PDIP sedang berada dalam posisi tertindas," ujarnya.
Namun ia menegaskan bahwa tekanan yang dialami PDIP bukanlah ancaman besar.
Menurutnya partai banteng masih memiliki kader-kader yang kuat untuk menghadapi situasi ini.
Baca Juga: Kantor Otorita IKN di Nusantara Sudah Berfungsi Penuh? Basuki: Alhamdulillah Kami Berada Disana
"Partai gurem saja kalau terancam bisa melakukan perlawanan, apalagi PDIP. Yang bikin spanduk sana-sini itu orang-orang putus asa," sindirnya.
Pernyataan M Sobary ini semakin mempertegas bahwa konflik internal dan eksternal PDIP masih jauh dari kata selesai.
Perpecahan dalam partai dan manuver politik yang dilakukan oleh pihak-pihak yang disebut sebagai "pengkhianat" menjadi tantangan tersendiri bagi PDIP dalam menjaga soliditasnya.***
Artikel Terkait
8 Hari Pemutihan Pajak Kendaraan, Dedi Mulyadi: Jawa Barat Raup Rp 183 Miliar!
Warga Puncak Keluhkan Kebijakan Transportasi Dedi Mulyadi, "Kami Jadi Korban!"
Iming-iming Gaji Besar, WNI Diminta Menteri Karding Tak Berangkat ke Myanmar, Kamboja, dan Thailand
Strategi Ampuh! Gubernur Dedi Mulyadi Liburkan Angkot, Jalur Puncak Tak Lagi Macet
Lebaran Kritik Tak Berhenti, Rocky Gerung Ucapkan Maaf ke Prabowo dan Jokowi
Blak-blakan Rudi S Kamri: Ini Titik Terendah Demokrasi Indonesia Sejak Reformasi