Selain itu, jumlah pendukung aktif yang tampil dalam berbagai forum pun semakin menyusut. Beberapa di antara mereka memilih untuk mundur karena kesulitan mempertahankan posisi mereka di tengah perubahan opini publik.
Hal ini menunjukkan bahwa ada pergeseran psikologis di ruang publik, di mana masyarakat semakin kritis terhadap narasi yang hanya berisi pembelaan tanpa dasar yang kuat.
Fenomena ini juga menunjukkan bahwa komunikasi politik yang dibangun selama masa pemerintahan Jokowi mulai kehilangan relevansi.
Para komunikator yang ditugaskan membela citra Jokowi di ruang publik kini lebih sering berputar-putar dalam argumen yang sama tanpa ada nilai tambah dalam diskusi.
Baca Juga: Bank BJB Diterpa Skandal Korupsi, Dedi Mulyadi Siapkan Restrukturisasi Besar-Besaran
Mereka masih tampil di berbagai media, berpindah dari satu forum ke forum lainnya, tetapi substansi yang disampaikan tetap stagnan.
Rocky Gerung juga menyoroti kemungkinan bahwa mantan Presiden Jokowi sendiri menyadari perubahan ini.
“Mungkin Presiden Jokowi menonton dari kejauhan dan merasa, ‘Waduh, kok agen-agen gue jadi loyo semua?’ Tapi ya, sudahlah,” gamblangnya.
Namun, ia menekankan bahwa hal ini merupakan konsekuensi alami dari perubahan suasana batin masyarakat Indonesia.***
Baca Juga: Sadis! MinyakKita 1 Liter Ternyata Cuma 750ml, Adi Prayitno: Rakyat Terus Dikibuli!
Artikel Terkait
‘Tiga Cara Mematikan Demokrasi’ Anies Baswedan Sentil Jokowi dan Prabowo? Pandangan Adi Prayitno
Tiga Titik Api Politik Indonesia, Eep Saefulloh Sebut Prabowo, Jokowi dan Megawati
Ini Kutukan bagi Kita! Rocky Gerung: OCCRP Sebut Jokowi Pemimpin Terkorup
Respons Defensif Jokowi Soal Korupsi Pertamina, Alifurrahman Bandingkan Reaksi saat Kasus Kaesang
Mohamad Sobary Bongkar Dugaan Korupsi Pertamina, Sentil Keluarga Erick Thohir & Jokowi
Jokowi Tak Lemdak! Adi Prayitno: Masih Berpengaruh di Pemerintahan Prabowo