Miris! Dana PIP Dikorupsi Sejak 2020 Kini Baru Terbongkar, Ade Armando Apresiasi Bro Ron

bisnisbandung.com - Kasus korupsi dana Program Indonesia Pintar (PIP) yang terjadi di sekolah, Cilegon akhirnya terbongkar setelah berlangsung sejak 2020.

 Dana yang seharusnya membantu siswa kurang mampu ini justru disalahgunakan oleh oknum kepala sekolah, guru, dan pengurus sekolah.

 Ade Armando, politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI), turut menyoroti skandal ini dan memberikan pandangannya terkait kasus yang mengejutkan publik.

Ade Armando secara terbuka menyatakan dukungannya terhadap Ronald Sinaga, seorang aktivis sosial yang berjasa mengungkap kasus korupsi dana PIP ini.

Baca Juga: Kang Sobary Bongkar Manuver Jokowi Pasca-Lengser, Ada Agenda Tersembunyi

“Saya ingin mengajak Anda mendukung seorang Social Justice Warrior sesungguhnya. Namanya Ronald Sinaga,” ujarnya dilansir Bisnis Bandung dari youtube Cokro TV.

Menurutnya, Ronald atau yang akrab disapa Bro Ron, adalah pejuang keadilan sosial sejati yang berani melawan kejahatan yang terjadi di sekitar masyarakat.

“Jadi, pemerintah pusat sudah menganggarkan dana triliunan rupiah per tahun untuk membantu anak-anak didik, tetapi uang itu ternyata dirampok oleh para guru mereka. Ini luar biasa memalukan dan memprihatinkan,” terangnya.

Baca Juga: Kang Sobary Bongkar! Siapa Sutradara di Balik Hilangnya Gas LPG 3 kg

“Dan ini ternyata sudah berlangsung selama bertahun-tahun. Menurut Bro Ron, penggelapan PIP paling banyak terjadi pada 2020 sampai 2022,” lugas Ade Armando.

Tanpa bantuan dari pihak manapun dan dengan menggunakan dana pribadinya, Ronald mengumpulkan informasi mengenai penyelewengan dana PIP di sekolah-sekolah dan menyebarkannya melalui media sosial.

Ade Armando mengapresiasi keberanian Ronald dalam menghadapi oknum kepala sekolah dan guru yang terlibat korupsi.

Ia menyebut tindakan Ronald sebagai langkah nyata dalam memperjuangkan keadilan bagi masyarakat rentan yang seharusnya mendapat manfaat dari dana PIP.

Baca Juga: Pangkas Anggaran Besar-Besaran, Rudi S Kamri: Tapi Kenapa Polisi Tak Kena?