Meski demikian jalan Gibran dan Jokowi di Golkar tidak akan mulus.
Adi Prayitno menyoroti resistensi internal di tubuh Golkar yang diisi oleh politisi senior dan berpengalaman.
"Golkar bukan partai sembarangan. Mereka memiliki struktur solid dan politisi kawakan yang belum tentu memberikan karpet kuning kepada Gibran," kata Adi Prayitno.
Selain itu Adi Prayitno mengingatkan bahwa bergabungnya Gibran dan Jokowi ke Golkar dapat membawa "residu politik" berupa kritik negatif terhadap Jokowi yang dapat merembet ke Golkar.
Baca Juga: Megawati Dikhianati? Sidarto Danusubroto Sebut Sikap Jokowi Tidak Pantas pada PDIP
“Golkar harus berhitung apakah mereka siap menanggung efek negatif dari kemarahan publik terhadap Jokowi dan Gibran,” ujarnya.
Golkar sendiri dinilai membutuhkan sosok seperti Gibran untuk meningkatkan daya saing di Pilpres.
Sejak kekalahan Jusuf Kalla pada 2004 Golkar belum mampu memunculkan kader yang kompetitif di level capres atau cawapres.
“Gibran memiliki popularitas yang bisa dimanfaatkan Golkar. Tapi ini semua tergantung pada bagaimana Golkar mengelola dinamika internalnya,” tegas Adi Prayitno.
Baca Juga: Lucu! ungkap Alifurrahman: Deddy Corbuzier Samakan Makan Siang Gratis dengan Nasi Kotak Artis
Adi Prayitno menutup analisanya dengan menekankan bahwa politik selalu penuh ketidakpastian.
“Hari ini bisa disuka besok bisa dibenci. Semua tergantung momentum dan kalkulasi politik yang tepat,” katanya.***
Artikel Terkait
Pendukung Jokowi Buta Nurani, Rudi S Kamri: Kapan Sadar?
Kalau Korupsi Banyakin Sekalian, Hendri Satrio: Hukumannya Lebih Ringan!
Prabowo Utamakan Makan Siang Gratis, Rocky Gerung: IKN Adalah Proyek Jokowi yang Makan Korban Anggaran
Ryaas Rasyid Bongkar Fakta: Jokowi Bukan Boneka PDI-Perjuangan
Rudi S Kamri: Pagar Laut Ini Bukan Swadaya Tapi Dagelan Paling Memalukan!
Proyek Pagar Bambu 33 Km, Yudhi Soenarto Bongkar Kejanggalan Besar