Islah Bahrawi Kritik Loyalis Jokowi Singgung Bahaya Pemujaan Buta dalam Demokrasi dan Kejatuhan Logika

photo author
- Sabtu, 4 Januari 2025 | 07:30 WIB
Islah Bahrawi (Dok Instagram@Islah_Bahrawi)
Islah Bahrawi (Dok Instagram@Islah_Bahrawi)

bisnisbandung.com - Islah Bahrawi memberikan kritik tajam terhadap fenomena pemujaan buta yang muncul dalam lanskap politik demokratis, menyinggung soal loyalis mantan Presiden Jokowi.

Dalam pernyataannya, Ia menyentuh isu yang relevan tentang bagaimana loyalitas berlebihan terhadap figur tertentu dapat mengancam nilai-nilai demokrasi dan rasionalitas publik.

“Untuk jadi ‘penyembah’ manusia memang tidak perlu akal sehat. Para pemuja Jokowi, Lenin, David Koresh atau Bahar Smith, sebenarnya sama, obyeknya saja yang berbeda,” tulisnya dalam cuitan di akun X pribadinya.

Baca Juga: Mahfud MD Geram dengan Video Hakim Malah Tersenyum, Harvey Moeis dan Sandra Dewi Berpelukan

 “Mereka meyakini ‘berhalanya’ tidak mungkin punya salah dan dosa. Kebohongannya dibenarkan, kesalahannya dimaklumi, kejahatan apapun tetap berkesan terhormat,” sambungnya. 

Islah Bahrawi  menyoroti bahwa pemujaan terhadap sosok tertentu baik dalam konteks lokal maupun global dapat menciptakan "kultus" yang merusak logika dan akal sehat.

Fenomena ini, menurutnya, tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga di berbagai belahan dunia.

 Loyalitas buta semacam ini membuat pendukung mengabaikan fakta atau kesalahan yang dilakukan oleh figur yang mereka idolakan, bahkan membenarkan tindakan-tindakan yang sebenarnya merugikan masyarakat luas.

Baca Juga: Ambang Batas 20% Gugur, Adi Prayitno Sebut Demokrasi Indonesia Bangkit

Dalam konteks Indonesia, Islah Bahrawi   mengkritik fenomena serupa yang terjadi pada loyalis Jokowi. Ia melihat bahwa banyak pendukungnya terjebak dalam pola pikir yang menganggap Jokowi tidak pernah salah.

 Meskipun ada fakta-fakta yang menunjukkan kelemahan atau kekurangan dalam pemerintahannya.

Pemujaan buta ini, menurut Islah Bahrawi, dapat mengarah pada praktik-praktik otoritarianisme dan fasisme, bahkan dalam sistem demokratis.

 Ia mengingatkan bahwa demokrasi yang sehat membutuhkan ruang untuk kritik, debat rasional, dan akuntabilitas pemimpin.

Baca Juga: Mochammad Jasin Eks Komisioner KPK Desak Jokowi Diperiksa Terkait Nominasi Pemimpin Terkorup

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Alit Suwirya

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X