Rocky Gerung Tantang Fadli Zon Debat Soal Lukisan Yos Suprapto yang Kontroversial

photo author
- Senin, 23 Desember 2024 | 09:00 WIB
pengamat politik sekaligus akademisi Rocky Gerung (dok youtube Rocky Gerung)
pengamat politik sekaligus akademisi Rocky Gerung (dok youtube Rocky Gerung)


Bisnisbandung.com - Polemik pelarangan pameran lukisan karya Yos Suprapto di Galeri Nasional terus memanas.

Lukisan yang menampilkan sosok raja Jawa dalam posisi intim dianggap oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon sebagai vulgar dan menyalahi norma kesopanan.

Namun pandangan ini mendapat kritik tajam dari pengamat politik sekaligus akademisi Rocky Gerung.

Baca Juga: Rayakan Hari Ibu, BRI Peduli Dukung Klaster Usaha Wanita Batik Kebon Indah di Yogyakarta

Dalam youtubenya Rocky Gerung menegaskan bahwa pandangan Fadli Zon terhadap lukisan Yos Suprapto terlalu dangkal.

“Sebagai Menteri Kebudayaan dia seharusnya memberikan tafsir yang lebih mendalam terhadap karya seni bukan justru membatasinya dengan alasan yang birokratis dan politis,” ujarnya.

Menurut Rocky Gerung pelarangan ini menunjukkan adanya ketakutan dalam menghadapi seni yang berani.

Ia menilai seni sejatinya adalah medium untuk menyampaikan kritik sosial bahkan ketika menggunakan elemen-elemen yang dianggap kontroversial.

“Vulgar itu bukan soal pornografi tapi soal keberanian seni untuk menyentuh makna-makna mendalam. Justru dalam kevulgaran itu kita dalami filosofi tentang makna kekuasaan,” tegas Rocky Gerung.

Baca Juga: BRI Journalism 360 Mengguncang Palembang, Promedia Inspirasi Melalui CoreLab & Mediapreneur Talks

Rocky Gerung juga mempertanyakan kapasitas Fadli Zon dalam memberikan pernyataan yang lebih berimbang.

“Fadli Zon adalah teman lama saya, seorang intelektual yang paham filsafat. Tapi pernyataan dia soal lukisan ini seperti datang dari seorang birokrat bukan seorang budayawan,” sindirnya.

Lebih jauh Rocky Gerung mengkritik kecenderungan pemerintah dalam memandang seni dari perspektif keamanan dan ketertiban.

“Ini bukan soal keamanan nasional. Kalau seni dikendalikan oleh gramatika politik dan kekuasaan, kita akan kehilangan esensi kebebasan berekspresi. Kebudayaan tidak boleh dibirokratisasi,” tegasnya.

Baca Juga: Bambang Pacul dan Puan Maharani, Qodari Sebut Keduanya Punya Peran dalam Kekalahan PDIP di Jateng

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Alit Suwirya

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

KPK dan Kejagung Berbagi Peran Tangani Kasus Korupsi

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:00 WIB
X