Dukungan partai inilah yang mengantarkan Jokowi meniti karier politik dari Wali Kota Solo, Gubernur DKI Jakarta, hingga menjadi Presiden Republik Indonesia selama dua periode.
Namun, dalam perjalanannya, perpecahan terlihat jelas ketika Jokowi mendukung calon presiden dari partai rival PDIP dalam pemilu 2024 demi kepentingan politik keluarganya, termasuk pencalonan Gibran sebagai wakil presiden.
Tindakan politik Jokowi ini dinilai mencerminkan rendahnya loyalitas terhadap partai dan etika politik.
Prof. Ikrar Nusa Bhakti menilai manuver ini mencerminkan strategi politik yang pragmatis dan sering dikaitkan dengan gaya Machiavellisme, di mana tujuan menghalalkan segala cara.***
Baca Juga: Jokowi dipecat PDI-P, Ikrar Nusa Bhakti: Kehilangan Cahaya Kekuasaan
Artikel Terkait
Rocky Gerung Soroti Kebijakan Amnesti, Apakah Prabowo Akan Bebaskan Lawan-Lawan Politik Jokowi?
Benarkah KPK Pernah Periksa LHKPN Jokowi? Ini Kata Ikrar Nusa Bhakti
Isu Jokowi Incar Kursi Ketum PDIP, Rocky Gerung: KTA Masih Ditahan!
Jokowi dipecat PDI-P, Ikrar Nusa Bhakti: Kehilangan Cahaya Kekuasaan
PDIP Putuskan Hubungan dengan Jokowi, Rocky Gerung: Megawati Tantang Risiko Politik
Politik Indonesia Semakin Panas! Hersubeno: Jokowi Jadi Matahari Ketiga Setelah Prabowo-Gibran