Dalam pembahasan lebih lanjut, Novel menyoroti penurunan Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia.
"Dari skor 40 pada 2019 kini turun menjadi 34. Penurunan ini yang terburuk di dunia," ungkapnya.
Menurutnya ini menunjukkan lemahnya upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.
Novel Baswedan juga mengingatkan bahwa korupsi berdampak serius pada masyarakat mulai dari hilangnya kepercayaan publik hingga dampak ekonomi yang besar.
"Korupsi lebih jahat daripada perampokan atau pembunuhan karena akibatnya meluas dari sektor ekonomi hingga kualitas hidup masyarakat," paparnya.
Masa pemerintahan Presiden Prabowo, Novel Baswedan berharap ada perubahan signifikan.
Ia mendorong agar pemerintah berikutnya memperkuat KPK dan memberantas korupsi dengan serius.
"Kalau presiden mencintai negeri ini dia pasti akan marah melihat pengkhianatan terhadap negara. KPK harus diletakkan sebagai lembaga independen yang menjadi garda terdepan dalam pemberantasan korupsi," ujarnya.
Baca Juga: Trailer Film ‘Mary’ dari Netflix: Kisah Kelahiran Yesus dari Perspektif Maria yang Menuai Kritik
Novel Baswedan mengingatkan agar pansel berikutnya belajar dari kesalahan di masa lalu.
Ia menyesalkan beberapa pimpinan KPK sebelumnya diluluskan meskipun memiliki rekam jejak buruk.
"Pansel yang buruk punya kontribusi besar terhadap lemahnya KPK hari ini. Akibatnya korupsi semakin sulit diberantas," tutupnya.***
Artikel Terkait
KPK Lemah, Apa yang Harus Dilakukan Masyarakat? Ini Saran Bivitri Susanti
Prabowo Sang Endorser, Pandji: Presiden untuk Semua atau Partai?
Kasus Suap di Bandung, KPK Dalami Peran Ketua DPD Golkar Edwin Sanjaya dan Pejabat Kota Bandung
KPK Diminta Dampingi Kementerian Agama dalam Pengelolaan Haji dan Program Pendidikan
Hendry Lie Pendiri Sriwijaya Air Ditangkap dalam Kasus Korupsi Timah, Ini Profil Lengkapnya
Mahfud MD Ungkap Kritik Terhadap Kebiasaan Kungker dan Formasi Kabinet Prabowo