"Ini menjadi salah satu indikator bahwa kebijakan ekonomi yang ada belum sesuai dengan kebutuhan rakyat," ujar Prof. Didin.
Salah satu masalah besar yang dihadapi ekonomi Indonesia menurut Prof. Didin adalah utang luar negeri yang mencapai 800 triliun rupiah dengan bunga utang mencapai 550 triliun.
“Hampir 47% dari penerimaan negara hanya untuk membayar bunga dan cicilan utang. Bagaimana mungkin kita bisa mencapai target pertumbuhan ekonomi 8-10% dengan kondisi seperti ini?" tuturnya.
Baca Juga: BRI Sukses Turunkan Kredit Macet, Ungkap Strategi Jitu Tingkatkan Kualitas Aset
Ia mengingatkan bahwa sektor pertanian dan energi harus menjadi sektor yang dikelola oleh rakyat bukan oleh oligarki besar yang hanya menguntungkan segelintir pihak.
"Jika ekosistem ekonomi diciptakan untuk rakyat dengan mengurangi korupsi dan memberi akses yang lebih besar bagi UMKM maka target 8% pertumbuhan ekonomi itu bukanlah hal yang mustahil," tutupnya.***
Artikel Terkait
Tantangan Indonesia Emas 2045, Bivitri Susanti Ungkap Ancaman Demokrasi yang Semakin Terpuruk
Rocky Gerung Kritik UI, Penangguhan Gelar Bahlil Lahadalia Sinyal Buruk Bagi Akademisi
Surya Paloh Segera Mundur, Refly Harun: Anies Baswedan Diunggulkan Jadi Ketua Umum Nasdem!
PPN 12% Siap Diberlakukan 2025, Sri Mulyani Tegaskan APBN Harus Sehat
Komeng Laporkan Harta Kekayaan ke LHKPN, Ini Rincian Asetnya
Prabowo Beberkan Alasan Ingin Gabung OECD dan BRICS Plus, Peluang Indonesia untuk Ekonomi Baru!
Gibran Bawa Solo Raih Peringkat 4 Kota Paling Toleran, Ini Perjuangannya!