Ia mempertanyakan apakah fenomena buzzer ini akan terus menjadi ciri khas dalam demokrasi Indonesia, di mana mereka digunakan untuk memengaruhi opini publik dan memperkuat kekuasaan.
Peran mereka dalam mendukung Gibran, yang masih dipertanyakan legitimasinya sebagai wakil presiden, menjadi bagian penting dalam dinamika politik mendatang.
Rocky Gerung juga menekankan bahwa keberadaan Gibran di pemerintahan akan terus menjadi sorotan publik, baik dari segi etika maupun konstitusional.
Baca Juga: Said Didu Bongkar Ketegangan Jokowi-Prabowo, Ada Rahasia Besar yang Disimpan?
Hal ini berpotensi memicu ketidakstabilan politik, terutama jika muncul protes dari masyarakat sipil yang mempertanyakan legitimasi Gibran.
Dalam konteks ini, peran para buzzer dalam menjaga citra Gibran dan mengelola komunikasi publik bisa menjadi kunci penting bagi stabilitas pemerintahan Prabowo.
Masa depan para buzzer ini, apakah mereka akan tetap aktif atau justru menghilang dari kancah politik, akan menjadi penanda penting bagi perkembangan demokrasi di Indonesia.***
Baca Juga: Kritik Pedas Guru Gembul, Generasi Muda Hancur Karena Pendidikan dan Media Sosial
Artikel Terkait
Kebal Hukum! Selamat Ginting Bandingkan Gibran dengan Al Capone dalam Skandal Fufufafa
Jokowi Tak Urus Kabinet Prabowo-Gibran, Rocky Gerung: Sinyal Bahaya Menjelang Transisi Kekuasaan
Negara Hukum Tak Kenal Kasih, Mahfud MD: Ahli Pidana dan Tata Negara Siap Periksa Jokowi dan Gibran
Gibran dan PDIP, Rocky Gerung: Dinasti Baru dalam Pemerintahan Prabowo
Mengundurkan Diri atau Terancam Dibatalkan? Feri Amsari Peringatkan Gibran
Kode Keras SBY ke Jokowi, Rinny Budoyo: Hukum Terkontaminasi Politik!