Ia menilai bahwa masalah utama yang harus dibahas adalah penerimaan publik terhadap kemungkinan kelanjutan "dinasti politik" Jokowi, bukan soal popularitas presiden yang akan segera lengser.
"Yang lebih penting sekarang adalah bagaimana publik melihat keluarga Jokowi setelah ini. Apalagi dengan Gibran yang disebut-sebut sebagai calon kuat di Pilpres mendatang," katanya.
Selain itu Rocky Gerung menilai survei ini juga bisa dimanfaatkan untuk menekan oposisi dan menunjukkan bahwa Jokowi masih memiliki pengaruh politik yang besar.
Menurutnya hasil survei ini dapat digunakan sebagai sinyal kepada lawan politik agar tidak meremehkan kekuatan Jokowi dan para pendukungnya.
Baca Juga: Terdapat Desa Khusus Albinisme di Tanzania, Penderitanya Mencapai Ratusan Ribu Jiwa
"Ini jelas tekanan untuk oposisi. Survei yang menunjukkan Jokowi masih kuat bisa dibaca sebagai peringatan, 'Jangan macam-macam, Jokowi masih punya genggaman politik yang kuat'," tambah Roky.
Rocky Gerung menegaskan bahwa publikasi survei yang masih menonjolkan popularitas Jokowi hanya berfungsi untuk melindungi ego politiknya dan keluarganya bukan untuk mengungkap realitas politik yang sebenarnya.
"Ini cuma cara untuk menjaga ego Jokowi. Tapi semua orang sudah tahu kenyataannya. Publik ingin perubahan bukan sekadar angka-angka yang dipoles," pungkasnya.***
Artikel Terkait
Refly Harun Tantang Angka Survei 86,5% Puas dengan Jokowi, Masyarakat Mana yang Diwakili?
Rakyat Dibohongi! Prof. Ryaas Rasyid Sebut Jokowi Presiden Terburuk
Iran Lancarkan Serangan ke Jantung Israel, Connie Rahakundini: Picu Perang Dunia
Tak Ambil Gaji Satu Tahun, Verrel Bramasta Fokus Membantu Masyarakat
Pengalaman 20 Tahun di DPR, Bambang Pacul Ditunjuk PDI-P Meneruskan Kiprahnya di MPR
Jusuf Kalla Ungkap Tiga Tokoh yang Bisa Akhiri Konflik Palestina