Bisnisbandung.com - Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) menjadi panggung utama bagi pemimpin dunia, pelaku bisnis, politisi, cendekia, dan media terpilih dari seluruh penjuru dunia.
Dalam pertemuan tahunan ini, mereka bersatu untuk bertukar pandangan, mencari solusi atas permasalahan global, dan membuka peluang bisnis guna mendorong pertumbuhan ekonomi.
Salah satu tokoh utama yang menjadi sorotan dalam Forum Ekonomi Dunia kali ini adalah Menteri Perdagangan Indonesia, Muhammad Lutfi.
Dalam paparannya, Lutfi menekankan bahwa kepentingan nasional merupakan prioritas utama, bukanlah suatu barang dagangan yang bisa ditawar.
Melalui unggahan di akun Instagram pribadinya, @m.lutfi, Menteri Lutfi menyampaikan pemikirannya terkait peran Indonesia dalam konteks global.
"Ketika negara berkembang menciptakan sesuatu dan negara maju tidak senang, jadi sekarang saya sedang menyelesaikan perselisihan dengan negara-negara maju," ungkapnya.
Salah satu isu yang diangkat oleh Menteri Lutfi adalah distribusi vaksin.
Ia menjelaskan bahwa negara-negara Eropa memiliki surplus vaksin sebanyak 3,5 kali lebih banyak dari yang mereka butuhkan.
Ironisnya, vaksin tersebut dikirim kembali ke negara-negara seperti Indonesia hanya dua minggu sebelum masa kadaluarsa.
"Ujung-ujungnya ini tentang kepentingan nasional, tapi kita adalah negara demokrasi. Di Indonesia, 270 juta orang menghadapi kelaparan, dan yang terburuk adalah dampak sosial media," terang Lutfi.
Baca Juga: Heboh penemuan emas seberat 2 miliar ton di NTB, Begini klarifikasi Kementerian ESDM
Menteri Perdagangan menambahkan bahwa Indonesia, sebagai negara demokrasi, harus memenuhi kebutuhan masyarakatnya.
Artikel Terkait
Sandiaga Uno Sebut Ganjar adalah Jokowi versi 3.0
Dugaan Pelanggaran Kampanye Gibran di CFD, Berikut Tanggapan Pj Gubernur Jakarta Heru Budi Hartono
Okky Madasari Soroti Sikap Gibran: 'Gemar Menghindar dari Pertanyaan Publik
Rudi S Kamri: Kualitas Gibran dan Tragedi Asam Sulfat
"Bukan Anak Presiden" Penyesalan Cak Imin Tidak Ikut Cawapres Sejak Muda
Pandangan Ridwan Kamil, Demokrasi Hari Ini Adalah Faktor Kesukaan dan Citra