Bisnisbandung.com - Bitcoin kembali alami penurunan signifikan hari ini, terjun 1,7% dalam 24 jam terakhir, turun di bawah level 94.000 dolar AS dan mencatatkan titik terendah intraday di 93.989 dolar AS. Saat ini, harga Bitcoin berada sedikit di atas 94.000 dolar AS setelah penurunan terakhirnya.
Bitcoin (BTC) sedang mengalami masa sulit. Aset digital terkemuka ini telah anjlok lebih dari 9% sejak 9 November, dengan penurunan lebih lanjut sebesar 1,7% dalam 24 jam terakhir.
Penurunan harga ini telah mengurangi valuasi BTC secara signifikan, dengan kapitalisasi pasar saat ini tercatat hanya 1,88 triliun dolar AS, jauh lebih rendah dibandingkan 2,07 triliun dolar AS pada minggu lalu. Artinya, sekitar 190 miliar dolar AS telah hilang dalam seminggu terakhir.
Baca Juga: Miris! Industri Perfilman Tertekan, 15 Bioskop Indonesia Berisiko Tutup
Saat artikel ini ditulis, Bitcoin diperdagangkan pada harga 94.245 dolar AS per koin, dengan volume perdagangan harian mencapai 54,32 miliar dolar AS. Sebagian besar perdagangan ini cenderung menunjukkan tekanan jual.
Likuidasi Besar di Pasar Derivatif: 135.950 Posisi Tertutup
Penurunan harga ini memicu gelombang likuidasi besar di pasar derivatif kripto, dengan 135.950 posisi pedagang lenyap. Sejauh ini, likuidasi total mencapai 394,37 juta dolar AS, dengan sekitar 65,91 juta dolar AS berasal dari posisi beli Bitcoin.
Data dari Coinglass.com menunjukkan bahwa 62,24% dari likuidasi hari ini berhubungan dengan posisi beli.
Apakah Bitcoin Akan Terus Turun?
Saat ini, Bitcoin masih berjuang untuk bertahan di atas level 94.000 dolar AS. Sentimen pasar sangat gelisah, dengan para pedagang terpecah antara berburu harga murah atau mempersiapkan diri untuk penurunan lebih lanjut.
Likuidasi terus menumpuk, dan batas $94.000 tidak memberikan banyak kenyamanan bagi para investor.
Beberapa analis percaya bahwa zona ini mungkin menandai titik terendah, namun ada juga yang berpendapat masih ada ruang untuk penurunan lebih lanjut.
Bitcoin membutuhkan katalis yang kuat untuk kembali menguat, dan ekspektasi pembelian dari investor besar mungkin belum cukup untuk mendorong harga naik.
Baca Juga: Realisasi Tagihan Masih Jauh dari Target, Menkeu Perketat Pengejaran Pengemplang Pajak