Bisnis Bandung - Komisioner Lembaga Sensor Film--LSF Indonesia, Arturo GP di hadapan Lembaga Penyiaran se-Jawa Barat menyampaikan bahwa film tidak hanya sarana hiburan, namun juga strategi budaya.
Arturo menyampaikan hal tersebut di dalam kegiatan KPID Jawa Barat bertajuk "Bimbingan Teknis Regulasi Tayangan Film Menyambut Digitalisasi Penyiaran" di Cipanas, Garut (18/3).
"Negara lain sejak dahulu telah menggunakan film dalam strategi budaya.
Misalkan, Amerika Serikat yang menggunakan film sebagai propaganda kekuatan militernya atau Korea Selatan yang menggunakan Drakor untuk menjual gaya hidup ke negara lain". Ujar Arturo.
Baca Juga: Tren Adaptasi Bisnis di Tahun 2022
Arturo juga menambahkan bahwa pemerintah Indonesia saat ini baru sebatas memberi dukungan kepada industri film dan belum menjadikannya sebagai bagian dari strategi budaya.
"Satu-satunya pemimpin Indonesia yang menggunakan film sebagai strategi kebudayaan baru di masa orde baru" tambahnya.
Kepada lembaga penyiaran di Jawa Barat, Arturo berharap bahwa Lembaga Perfilman dapat memberi ruang bagi film kreasi sineas lokal.
Baca Juga: Google Blokir Media Rusia dari Penghasilan Iklan YouTube
Pada kesempatan yang sama, Koordinator Bidang Pengawasan Isi Siaran KPID Jabar, Sudama Dipawikarta
atau yang biasa dipanggil Kang Dipa juga berharap kreator konten lokal dapat mengambil kesempatan dari digitalisasi penyiaran.
"Ada ruang yang terbuka lebar selepas digital on atau analog switch off. Hal ini harus bisa dimanfaatkan untuk mengorbitkan karya sineas lokal" ujar Kang Dipa.
KPID Jabar mengadakan kegiatan bimbingan teknis bersama LSF bagi lembaga penyiaran se-Jawa Barat dalam rangka menyambut Hari Film Nasional 30 Maret dan Hari Penyiaran Nasional 1 April.***
Artikel Terkait
KPID Jabar Imbau Lembaga Penyiaran di Jawa Barat Perhatikan Klasifikasi Usia dalam Penayangan Film