Merintis Usaha Sepatu Agar Terus Melaju

photo author
- Rabu, 11 Desember 2019 | 15:15 WIB
usaha sepatu
usaha sepatu

HARGA jadi salah satu kata kunci keberhasilan Uma Hapsari dalam berbisnis. Harga pula yang mengantarkan perempuan kelahiran Bantul, Yogyakarta ini sukses merintis usaha sepatu wanita.

Saat ini, dengan mengibarkan bendera Amazara, saban bulan dia menjual 2.500 sampai 4.500 pasang sepatu. Sayangnya, ia menolak mengungkap berapa besar omzetnya.

Tapi, dengan harga jual mulai dari Rp 129.000 per pasang dan penjualan sebanyak 2.500–4.500 pasang sepatu, minimal Uma bisa mengantongi pendapatan Rp 322,5 juta–Rp 580,5 juta sebulan. Sebagai catatan, sepatu buatannya  lebih banyak yang berharga di atas Rp 200.000 sepasang.

Uma memulai bisnis dengan membuka lapak di Instagram pada 2015. Kebetulan, orangtuanya menjadi semacam agen sejumlah merek lokal yang cukup ternama, seperti baju, sepatu, dan kosmetik.

Namun, satu bulan berjalan, tak satu pun barang dagangannya yang laku. Ternyata faktornya satu: kalah dengan harga produk yang sama di Pasar Tanah Abang, Jakarta. “Walaupun harganya sama, pengirimannya kan makan waktu, makan biaya,” kata Uma yang lahir pada 10 Januari 1991 silam.

Berangkat dari fakta itu, muncul ide untuk menjual produk yang tidak bisa tersaingi secara harga. Artinya, harus punya merek sendiri. Kalau tidak, tentu calon pembeli akan terus membandingkan.

Lantaran ketika itu cuma kenal dengan perajin sepatu, Uma pun memutuskan menjual sepatu. Tapi, ia tidak memproduksi sendiri, masih ambil dari produsen.

Ia memilih produk yang memiliki desain lucu. Lalu, “Saya relabelling saja, ganti dengan merek saya, Amazara,” ujar dia. Amazara dicomot dari nama anaknya.

Uma kemudian menjualnya dengan kisaran harga Rp 89.000 hingga Rp 99.000 per pasang. Ia menawarkan tiga model sepatu untuk perempuan, yakni wedges, slip on, dan platform.

Tampilan foto yang bagus membuat banyak orang tertarik. Tetapi, harga yang murah membuat mereka meragukan kualitas sepatu yang Uma jual dan tidak jadi beli. “Ini bikin saya khawatir,” ucapnya.

Dia lantas bertanya ke kawannya yang doyan berbelanja online. Kata sang teman, harga produknya kemurahan sehingga orang enggak percaya sama kualitasnya.

Uma pun mengerek harga jadi Rp 129.000 per pasang. “Ternyata laku. Dari situ saya belajar, bahwa pricing penting,” ungkapnya.

Namun, kualitas produknya ternyata benar-benar jelek. Baru dipakai sekali, sepatu langsung jebol. Uma langsung jadi sasaran kemarahan para pembeli.

Ia pun meminta maaf seraya berjanji akan menggantikan dengan produk yang lebih bagus. Para pembeli pun menerima tawaran tersebut.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X