Kisah Pebisnis Jatuh Hati Pada Dunia Teh

photo author
- Selasa, 12 November 2019 | 17:45 WIB
Upah Minimum Khusus Perkebunan di Jabar  Rp 1.716.000/Bulan
Upah Minimum Khusus Perkebunan di Jabar Rp 1.716.000/Bulan

"Jujur, susah sekali masuk ke pasar anak muda. Kebanyakan anak muda lebih suka sesuatu yang fussion, populer dan gaul. Jarang sekali ada anak muda yang suka sesuatu yang klasik dan tradisional," ungkapnya.

Demi masuk ke pasar anak muda dan mempopulerkan tradisi minum teh, pria yang menyukai sejarah ini melakukan strategi khusus. Ia sadar dengan model bisnis kedai tehnya yang tradisional, Koningsplein Tea Co bakal terus kesulitan menembus pasar anak muda. Bersama dengan beberapa teman sesama pelaku usaha teh dan kopi, Joe bekerjasama membuat beberapa proyek.

Ia menjalin kerjasama juga dengan kedai kopi. "Untuk mengajak anak muda agar tertarik terhadap kedai teh tradisional, harus dari jalur modern. Di proyek tersebut, Koningsplein membuat menu cheese tea dan bubble tea, sambil mempopulerkan soal teh," jelasnya.

Ternyata cara tersebut berhasil, sejak tiga tahun belakangan, Joe mengatakan mulai banyak anak muda singgah ke kedai tehnya yang berada di kawasan Kemayoran. Ia berkesimpulan, jika ingin mengajak anak muda menyukai sebuah tradisi, pelaku usaha harus masuk lewat tren dan hal-hal populer di kalangan anak muda.

"Sekarang sudah lumayan ada anak mudanya, kalau dulu pas pertama kali buka di tahun 2006, pengunjungnya tetap banyak orang tua," katanya sambil tertawa.

Tradisi menyeduh teh bisa latih fokus dan konsentrasi

Bisnis kedai teh memang tidak terlalu populer di kalangan masyarakat Indonesia. Meski demikian, Hutomo Joe, pemilik Koningsplein Tea Co dan 1 Tea House optimistis jika suatu saat bisnis kedai teh tradisional di Indonesia akan berkembang.

Optimisme Joe bukan tanpa alasan. Peluang bisnis kedai teh di Indonesia diperkirakan akan berkembang karena ia melihat antusiasme anak muda terhadap bisnis ini yang mulai meningkat.

"Sejak tiga tahun lalu, lambat tapi pasti, anak-anak muda mulai berdatangan ke Koningsplein. Mereka mulai tertarik dengan tradisi ngeteh, beberapa ada juga yang mulai mau belajar soal teh dan sejarahnya," ungkap pria berzodiak Taurus ini.

Joe mengungkapkan jika kedai teh Koningsplein miliknya tak hanya menyajikan aneka teh premium atau aneka camilan dan makanan. Lebih dari itu, Koningsplein juga menawarkan pengalaman menyeduh teh seperti tradisi penyajian teh yang ada di Taiwan.

Menurut Joe, tradisi minum teh ala Taiwanlah yang paling cocok diterapkan di Indonesia, dibanding tradisi minum teh dari China dan Jepang. Sebab, dalam penilaian Joe, tradisi minum teh ala Taiwan ini yang paling santai. "Kamu bisa menyeduh teh sambil ngobrol dengan teman-temanmu," ujarnya.

Berbeda dengan tradisi minum teh ala Jepang dan China agak lebih saklek dan kaku. Selain itu, biasanya minum teh di Jepang dan China lebih banyak untuk upacara adat. "Kurang cocok kalau diterapkan di sini, terlalu serius," jelasnya.

Joe mengatakan, kedai teh tradisional di Indonesia yang menyediakan tradisi minum teh kurang populer karena selalu dianggap serius dan kuno. Padahal, ada sisi positif nan filosofis dari tradisi menyeduh teh.

Tradisi menyeduh teh memiliki efek meditasi bagi yang melakukannya. Menyeduh teh juga bisa melatih fokus dan konsentrasi seseorang.

"Menyeduh teh memang kelihatannya sepele. Padahal acara menyeduh teh ini bisa mengasah fokus untuk meditasi. Menyeduh teh butuh konsentrasi, terutama saat memasak air dalam teko dan menyeduh teh. Kalau waktu memasaknya tidak pas dan hasil seduhannya kurang keluar aromanya, berarti yang menyeduh kurang konsen," pungkasnya. (C-003/KNTN)***

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X