Kisah Pebisnis Jatuh Hati Pada Dunia Teh

photo author
- Selasa, 12 November 2019 | 17:45 WIB
Upah Minimum Khusus Perkebunan di Jabar  Rp 1.716.000/Bulan
Upah Minimum Khusus Perkebunan di Jabar Rp 1.716.000/Bulan

BERAWAL dari sebuah riset sederhana untuk bahan tulisan soal teh, Hutomo Joe  tertarik mempelajari dunia teh lebih dalam. Ia memang mencintai dan memiliki minat tinggi untuk menggarap komoditas teh unggulan Indonesia.

Tak tanggung-tanggung, Joe pun belajar teh sampai ke tiga negara, yaitu Taiwan, Jepang, dan China. Setelah selesai sekolah di luar negeri, dia mencoba buat tulisan soal teh untuk sebuah media di luar negeri.

Dari proses itulah dia jatuh cinta pada dunia teh. "Saya makin tertarik dengan teh. Ternyata menarik juga untuk dipelajari," ungkap Joe.

Dunia teh bukanlah sesuatu yang baru bagi Joe. Sejak kecil ia terbiasa dengan teh. Sang ibu, Suwarni Widjaja adalah seorang master tea yang mengabdikan 35 tahun hidupnya untuk mempelajari seputar teh dan tradisinya.

Kecintaan sang ibu pada teh menulari Joe. Dia bahkan  belajar soal teh, sejarah, dan tradisinya sekitar 10 tahun di Taiwan, Jepang, dan China.

Begitu kembali ke Tanah Air, pria kelahiran 18 Mei ini pun mantap menggarap bisnis teh.  Ia mendirikan Koningsplein Tea Co dan 1 Tea House, tahun 2006.

Koningsplein merupakan kedai teh. Setiap tamu yang datang ke kedai tersebut akan disuguhi tradisi minum teh ala Taiwan. "Kalau tamu tidak banyak, saya sendiri yang biasanya jadi pemandu acara minum teh tersebut," ujarnya.

Di dalam kedai Koningsplein Tea Co, pengunjung akan merasakan sensasi tradisi minum teh ala Taiwan. Tentu dengan kualitas teh premium.

Sedangkan 1 Tea House milik Joe bergerak di bisnis ritel teh. Ia menjadi pemasok teh premium di beberapa hotel bintang lima seperti Pullman, Hyatt dan beberapa restoran di Jakarta dan beberapa kota lain.

"Untuk ritelnya sendiri masih belum banyak karena kami melayani produk teh yang benar-benar premium. Sebulan bisa sekitar 100 kilogram teh premium yang keluar. Kisaran harganya sekitar Rp 100.000-Rp 200.000 per 100 gram," jelasnya. Selain menggarap bisnis ritel, bisnis teh milik Joe melayani suvenir dan cenderamata teh premium untuk acara acara pernikahan, ulang tahun dan lainnya.

Taklukkan pasar milineal dengan manfaatkan tren

Mengembangkan bisnis teh, apalagi tradisi teh tradisional di tanah air bukan perkara mudah. Hal inilah yang dirasakan oleh Hutomo Joe saat awal merintis Koningsplein Tea Co dan 1 Tea House. Sebab, kedai teh tak populer. Lain halnya dengan kafe atau kedai kopi.

"Orang Indonesia memang sudah terbiasa dengan teh. Hampir di setiap warung makan pasti ada es teh manis atau teh manis hangat. Tapi saya tidak bisa bilang kalau budaya ngeteh itu budaya Indonesia, karena budaya ngeteh hanya populer di sebagian Pulau Jawa, khususnya wilayah Tegal dan sekitarnya," jelas Joe.

Tantangan terberat datang dari pasar anak muda. Tak mudah memperkenalkan kedai teh tradisional ke pasar kaum milenial ini. Minimnya varian dalam tradisi minum teh, dibanding varian minuman kopi, membuat bisnisnya terkesan monoton dan tidak populer.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X