Dari Tugas Kuliah Jadi Bisnis Berkah

photo author
- Rabu, 19 Juni 2019 | 12:45 WIB
tugas kuliah jadi berkah
tugas kuliah jadi berkah

Bahkan, Diva sampai memakai jasa endorser seperti Malang Foodies untuk mempromosikan panekuk durian buatannya. “Waktu itu bayar, sih, ratusan ribu rupiah, tapi dampaknya luarbiasa,” imbuh dia.

Alhasil, pesanan yang masuk bukan cuma datang dari Malang, juga daerah lain di sekitaran kota apel, seperti Batu, Surabaya, dan Madura. Lantaran kewalahan, akhirnya ia menggunakan sistem reseller.

Diva yang saat itu masih duduk di kelas XI SMA mengenal konsep reseller dari berbagai seminar kewirausahaan yang dirinya ikuti. Salah satunya, seminar yang menghadirkan pendiri keripik singkong Maicih sebagai pembicara. “Maicih memakai konsep Jenderal dan seterusnya yang sebetulnya adalah reseller,” jelasnya.

Cuma, Diva pernah rugi besar di bisnis durian. Enggak tanggung-tanggung, angkanya sampai Rp 300 juta. Jelas, nilai yang sangat besar untuk ukuran anak seragam putih abu-abu.

Ceritanya, saat dia sibuk mempersiapkan Ujian Nasional (UN), order yang datang sedang banyak-banyaknya. Sementara pemasok durian langganannya tidak sanggup memenuhi permintaan itu. Jadi, dia terpaksa mencari dari vendor lain.

Ternyata, setelah transfer uang ke vendor tersebut, durian yang datang nilainya tidak sampai Rp 300 juta. Sudah begitu, kualitasnya buruk sehingga tidak layak jual.

“Itu merupakan pukulan dan cobaan terbesar buat saya. Saya pun langsung drop banget, nangis, pusing persiapan UN,” kata Diva yang menambahkan, sebagian uang untuk membeli durian itu merupakan hasil utang.

Berkat bantuan dari pemasok durian langganannya, dia mendapat duren pengganti dari vendor baru. Vendor ini merupakan kenalan dari pemasok durian langganannya.

Dalam tiga bulan, Diva bisa melunasi seluruh utangnya. “Ini merupakan titik balik hidup saya. Sejak itu, saya enggak bisa sembarangan jalan (usaha) lagi, paling tidak harus tahu ilmunya dulu baru menjalaninya. Makanya, saya putuskan tutup usaha durian,” tegasnya.

Selain itu, dia juga memutuskan untuk tidak kuliah dulu. Ia ingin mengumpulkan uang dulu untuk biaya masuk perguruan tinggi, biar tidak merepotkan orangtua. Ayahnya adalah pekerja seniman yang membuat relief bangunan, sedang sang ibu pedagang camilan.

Pilihannya pun jatuh ke bisnis online dengan menjadi dropshipper. Diva mengenal sistem dropship setelah banyak menonton tayangan motivasi wirausaha di YouTube. “Saya nyobain sistem ini, mulai baju, makanan beku frozen food, hingga tas,” ujar dia.

Selama empat bulan Diva menjadi dropshipper. Sebab, ia merasa, tabungannya sudah cukup untuk uang masuk kuliah. Tambah lagi, dia ingin fokus mempersiapkan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).

Sejatinya, Diva diterima di Universitas Udayana, Bali. Tapi, karena merasa enggak sanggup jauh-jauh dari orangtua, ia pun memilih masuk ke Binus Malang. “Awalnya deg-degan, kayaknya kampus mahal, tapi Alhamdulillah dapat beasiswa, saya ambil Program Business Creation,” ungkapnya

Berkat ikut lomba

Naluri bisnisnya muncul lagi pasca mendapat tugas kampus membuat business plan. Ia juga melihat peluang dari usaha katering milik kakak ketiganya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X