WISUDAWAN DIHANTUI RASA FOMO

photo author
- Senin, 25 Juli 2022 | 18:31 WIB
Illustrasi Wisuda (pixabay)
Illustrasi Wisuda (pixabay)

By: Hasna Amalliya (RIL ‘21) dan Jihan Camilla (Matematika ‘21)

Di era industri 4.0, tentunya gen alpha sudah ga asing lagi nih sama istilah “FOMO”. Menurut kalian, apa nih kira-kira FOMO itu? Menurut Przybylski, Dehaan, dan Gladwel (2013), fomo merupakan kekhawatiran yang dimiliki seseorang yang bersifat pervasif ketika melihat orang di sekitar memiliki nilai value yang lebih seperti pengalaman yang berharga dan biasanya memiliki ciri-ciri adanya dorongan untuk selalu terhubung dengan orang lain. Nah, kalau menurut salah satu wisudawan juli 2022 ITB yang bernama Isco (Teknologi Pascapanen, Fakultas SITHR 2018) fomo ialah takut kehilangan pada perasaan atau persepsi bahwa orang lain bersenang-senang dengan hal baru dan kita tidak bisa serupa mereka. Nah, apakah kalian termasuk salah satu yang memiliki sifat tersebut?
Tenang aja gais, fomo juga memiliki kelebihan lho, salah satunya ajang trik psikologi untuk marketing yang ditawarkan kepada konsumen. Menurut data yang ada, sebanyak 60% generasi muda zaman sekarang memutuskan untuk membeli, menggunakan, atau menyewa sesuatu karena FOMO dengan teman-temannya. Nah, meskipun demikian, kita juga harus mengurangi perasaan tersebut karena dikhawatirkan akan mengganggu kesehatan mental di dunia nyata kita, stress melihat orang lain yang tidak ada batasnya, depresi, dll. Nah, gimana sih tips menghindari FOMO??

Baca Juga: Wisuda ASMTB Angkatan XXXV Sudah 35% Terserap Dunia Kerja

1. Fokus terhadap diri sendiri
Dengan adanya target kehidupan sendiri tentu membuat kita mengatur diri agar tidak selalu berpatokan dengan sosial media yang hanya memperlihatkan sisi kesenangan nya saja. Setiap orang mempunyai waktunya masing-masing yang sejalan dengan kehidupan takdirnya. Tidak bisa menjadikan tolak ukur kesuksesan orang lain disamaratakan dengan tujuan hidup kita. Ga cuma itu, kita juga jangan mudah termakan esmosi, eh engga deng, emosi maksudnya ketika selintas terpikir “Kok dia banyak banget si penghargaannya, sedangkan gue gini-gini aja”.



2. Mencari relasi di kehidupan nyata
Tidak sekadar berkenalan di media sosial doang gais, kita juga harus berkenalan dengan orang baru di sekitar kita meskipun kebanyakan dari kita sulit untuk cepat beradaptasi dengan orang baru. Dengan adanya relasi baru, kita bisa bertukar pikiran dengan ide-ide mereka yang mungkin saja menjadi penemuan terbaru atau bahkan menjadi ajang promosi diri ke suatu perusahaan orang yang kita ajak bicara tersebut. Banyak banget manfaat yang bisa diambil dari mencari relasi di kehidupan nyata.

3. Menikmati dan mensyukuri kehidupan yang dijalankan
Banyak banget hal yang bisa kita lakukan yang bermanfaat apabila menikmati dan mensyukuri kehidupan yang sedang dijalankan seperti meluangkan waktu untuk me time, healing bersama teman dan keluarga, berbagi rezeki dengan orang yang kehidupannya masih kurang mampu di bawah kita, mengikuti volunteer untuk mencari pengalaman, mengembangkan hobi dan soft skill, mengikuti suatu kursus, dll.

Baca Juga: WISUDA UNIVERSITAS TERBUKA PERIODE II TAHUN AKADEMIK 2019/2020



4. Belajar untuk menolak dan menerima tawaran sesuai tingkat prioritas
Menurut salah satu wisudawan juli 2022 ITB yang lain yang bernama Nathnil (Teknologi Pascapanen, Fakultas SITHR 2018) “Karena sudah terlanjur diterima, saya belajar dari kesalahan saya, karena udah kapok keteteran. Jadi saya belajar untuk menolak dan menerima tawaran berdasarkan prioritas, apakah tawaran itu akan mengganggu prioritas saya kuliah di itb (urusan akademik) atau tidak, dsb”. Nah, artinya dalam 4 skala prioritas yang sudah kita terapkan di kehidupan sebelumnya, kita juga harus mempertimbangkan sesuatu sesuai urgensi kepentingannya, mulai dari penting banget hingga tidak bermanfaat bagi kehidupan kita mendatang.



5. Membiasakan diri tidak mengikuti jalan hidup orang lain
Dengan membiasakan diri untuk tidak mengikuti jalan dan gaya hidup orang lain, kita akan terbebas dari sifat tanda-tanda munculnya FOMO nih guys. Selain itu, kita juga akan merasakan kebahagiaan sesungguhnya dalam kehidupan. Bayangin aja nih, kita gak tertarik sama gaya hidup teman kita yang kelihatannya asik banget karena selalu liburan kesana-kemari. Kita fokus untuk tetap menjadi diri sendiri dan melakukan hal-hal yang kita sukai selama itu positif tanpa peduli apa yang orang lain lakukan. Ingat ya gais, apa yang kita lihat belum tentu sama dengan apa yang terjadi.



6. Membatasi penggunaan media sosial
Walaupun FOMO tidak selalu tentang media sosial, tetapi peran media sosial cukup besar nih dalam membuat seseorang menjadi FOMO. Contohnya saat kita melihat update teman-teman kita di media sosial dan berujung dengan kita yang menjadi suka membanding-bandingkan hidup kita dengan teman kita. Contoh kasus nih, dimana kita melihat update teman kita yang sedang bermain dengan orang lain tetapi secara tidak langsung kita menyimpan perasaan tertinggal dan iri karena kita tidak ada pada saat itu. Menurut salah satu wisudawan juli 2022 ITB yang tidak ingin diketahui namanya (Teknologi Pascapanen, Fakultas SITHR 2018) “gausah buka instastory orang lain di instagram”, solusi ini merupakan salah satu contoh dari membatasi penggunaan media sosial. Dengan solusi ini, kamu juga tidak perlu lagi ya melihat hal-hal yang kurang penting.



7. Mengubah persepsi
Tau gak sihh, kalau banyak penelitian yang mengatakan bahwa FOMO merupakan salah satu bentuk pemikiran yang irasional dan dapat menyebabkan penderitanya depresi dan gangguan mental bila terus-terusan ada di posisi tersebut. Karena itu, kita harus mengubah semua persepsi negatif kita menjadi lebih logis. Kasus ini pernah dialami oleh wisudawan Juli 2022 ITB yang bernama Margunwan (Teknik Informatika, Fakultas STEI 2018) yang pernah ditinggal oleh teman-temannya liburan, tetapi sebagai solusinya Kak Margunwan mengatakan “Pikir logis aja sih, kenapa mereka ga ngajak lu, mungkin gara-gara gw kurang spend time sama mereka jadinya mereka lupa, atau emang kurang cocok, atau waktunya emang ga pas, banyak lah. Intinya jangan langsung asumsi negatif”. Nah, dengan pemikiran yang logis, kita jadi seakan-akan menolak perasaan FOMO atau tertinggal kita terhadap orang lain.

Nah, itu tadi beberapa cara mengatasi FOMO yang sudah kita bahas bersama. Jadi, jangan selalu menyia-nyiakan hidup dengan sering merasa tertinggal dengan yang lain. Kita harus menikmati hidup dan momen-momen yang menunggu kita di masa yang akan datang karena setiap orang punya jalannya masing-masing nih. Yuk, lebih menghargai diri sendiri dan selalu ingat kalau hidup cuman sekali ya, guys!***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Us Tiarsa

Tags

Rekomendasi

Terkini

Tips Berwisata Di Musim Hujan

Senin, 8 Desember 2025 | 17:00 WIB

Ragam Tren Gaya Hidup Di 2025

Rabu, 10 September 2025 | 19:00 WIB

Ini Dia Cara Hidup Slow Living Di Perkotaan

Rabu, 10 September 2025 | 18:30 WIB

5 Sepatu Terbaik Selama Promo ASICS 2025

Senin, 25 Agustus 2025 | 15:30 WIB

Cara Menghadapi Orang Yang Denial

Kamis, 17 Juli 2025 | 10:45 WIB
X