Bisnisbandung.com - Belakangan ini, istilah Web3 sering banget berseliweran di media sosial khususnya X. Banyak yang bilang, Web3 bakal jadi evolusi besar internet yang mengubah cara manusia berinteraksi secara digital. Tapi di sisi lain, nggak sedikit juga yang masih bingung: apa sih sebenarnya Web3 itu, dan kenapa semua orang tiba-tiba membicarakannya?
Kalau dijelaskan secara sederhana, web3 adalah generasi baru internet yang dibangun di atas teknologi blockchain. Jadi, kalau internet yang kamu gunakan sekarang masih dikuasai platform besar seperti Google atau Meta, Web3 justru menawarkan konsep di mana pengguna punya kendali penuh atas data, identitas, dan aset digitalnya.
Artinya, Web3 bukan cuma soal teknologi, tapi juga tentang perubahan filosofi: dari sistem yang dikontrol segelintir perusahaan, menuju ekosistem yang dimiliki bersama oleh komunitas. Baca selengkapnya!
Baca Juga: Dulu Batalkan UU BHP, Kini Mahfud MD Buka Suara Terkait Kasus Ponpes Al Khoziny
Dari Web1 ke Web2, Lalu Hadirlah Web3
Untuk paham Web3, kamu perlu lihat dulu bagaimana internet berkembang.
Web1 (1990-an) adalah era “baca saja”. Hanya segelintir orang bisa membuat situs, sementara pengguna lainnya cuma bisa mengakses.
Web2 (2000-an sampai sekarang) adalah era “baca dan tulis”. Media sosial lahir, pengguna bisa membuat konten, tapi datanya tersimpan dan dimonetisasi oleh perusahaan besar.
Web3 hadir sebagai era “baca, tulis, dan miliki”. Artinya, pengguna bukan cuma konsumtif tapi juga punya kendali dan kepemilikan atas datanya sendiri.
Dari perkembangan ini, blockchain jadi kunci utama. Ia menciptakan sistem yang transparan dan sulit dimanipulasi, karena semua data disimpan di banyak komputer (node) tanpa perlu perantara.
Contohnya bisa dilihat dari aplikasi keuangan terdesentralisasi (DeFi) atau NFT yang berjalan di jaringan seperti Ethereum dan Solana.
Baca Juga: Pengamat Heran Sepinya Pemberitaan Kasus Dugaan Korupsi Pertamina yang Seret Boy Thohir
Apa Hubungan Web3 dengan Dunia Kripto?