Seni Potong Tempel Pendulang Untung

photo author
- Minggu, 17 September 2017 | 18:45 WIB
RAOS-Utan-Kayu_04-id
RAOS-Utan-Kayu_04-id

SENI menggabungkan beberapa elemen dalam satu frame sehingga menciptakan makna baru atau yang sering disebut dengan kolase, masih banyak digunakan dan makin berkembang. Bentuknya pun tidak melulu menjadi lukisan dua dimensi tapi juga tiga dimensi, tergantung dengan elemen yang digunakan.

Kebanyakan, hasil karya kolase dibuat dari kumpulan barang bekas seperti majalah, foto lama, flayer, dan barang lainnya. Sekedar informasi, teknik kolase ini sudah ada sekitar 200 tahun sebelum masehi seiring dengan ditemukannya kertas.

Meski kepopulerannya sempat meredup, karya seni ini kembali bangkit dan banyak digunakan kembali oleh para seniman di jaman Perang Dunia II. Belakangan, karya ini seolah kembali bangkit, lihat saja tidak sedikit komunitas yang membuat acara dengan tema kolase dengan mendatangkan kolase artis.

Ristiyanto Cahyo Wibowo, seniman asal Yogyakarta ini mengaku sudah menekuni seni potong-tempel ini sejak masih duduk dibangku kuliah. Dia tertarik dengan bidang ini karena tantangannya mengubah makna material yang sudah jadi menjadi makna baru.

Sampai sekarang sudah ada ratusan karya seni yang dia hasilkan. Kebanyakan hasil karyanya masih dalam bentuk dua dimensi.

Meski terlihat mudah, kendala yang banyak dihadapi oleh seniman lulusan Institut Seni Indonesia, Yogyakarta ini adalah proses pengumpulan material. Untuk mendapatkan material yang kuno dan antik, dia banyak mengunjungi toko buku bekas. " Bahkan saya juga sering mengais-ngais sampah, biasanya banyak bahan yang bagus disana," katanya.

Proses pembuatannya pun bisa memakan waktu berbulan-bulan bila material yang diinginkannya belum dapat ditemukan. Belakangan, dia mulai menambahkan warna-warni cat untuk membuat hasil kolasenya terlihat berbeda.

Meski terbuat dari material bekas, laki-laki yang lebih akrab disapa Rist ini dapat mengantongi puluhan juta rupiah dari hasil penjualan satu lukisan kolase. Sayangnya, dia enggan menyebutkan total pendapatan yang diterimanya. Kebanyakan konsumennya adalah para penggemar lukisan dari luar negeri.

Selain itu, laki-laki berkacamata ini juga membuat buku tamu dengan teknik ini. Teman-temannya yang memesan buku tamu pernikahan dengan tema yang unik. Karya terbarunya adalah buku tamu dengan nuansa dapur. Para tamu dapat menuliskan pesan-pesannya diatas potongan kertas bergambar kendil.

Untuk menarik banyak peminat, dia menggunakan Instagram. Tak hanya memajang gambar, Rist juga memberi info terkait proses pembuatan kolase art yang unik. Jika ada yang tertarik, biasanya langsung menghubunginya via email.

Sekedar informasi, Rist sudah melang-melintang dalam sejumlah ajang pameran bersama, baik di dalam maupun luar negeri. Kota-kota yang pernah dia singgahi adalah Jerman, Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, Hungaria. Bahkan baru-baru ini dia juga sempat menggelar pameran tunggalnya di Yogyakarta, Jakarta, dan Kamboja.

Pelaku lainnya adalah Rizki Amal. Mahasiswi Universitas Negeri Surabaya ini telah mengenal seni kolase kertas sejak menduduki bangku sekolah menengah atas, saat mengikuti mata pelajaran keterampilan. Sempat ditawari membuat satu karya kolase kertas lagi oleh guru keseniannya, Rizki menolak lantaran tidak percaya diri.

Menjelang tahun 2016 karena kangen untuk membuat prakarya dengan tangan sendiri, Rizki kembali mencoba membuat kolase kertas. Awal tahun 2017, Rizki baru menyadari banyak temannya sesama mahasiswa memiliki pemasukan selain kiriman orang tua. Ia memilih kolase kertas sebagai pemasukan sampingannya.

"Karena hanya bisa bikin keterampilan saya coba kembali kolase. Waktu itu saya bikin untuk saudara saya dan responnya juga bagus, jadi mulai dari situ kolase ini ditekuni," ungkap Rizki.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X