Kekayaan alam serta tradisi budaya Jogjakarta menjadi magnet para pelancong dari luar daerah. Potensi inilah yang mempopulerkan Jogjakarta menjadi salah satu ikon wisata Indonesia selain Bali. Kekayaan budaya menjadi salah satunya . Angka kunjungan pelancong ke Keraton Jogjakarta dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan.
Kekayaan budaya Jogjakarta bukan hanya keraton saja,ada satu lagi kekayaan budaya yang merupakan mahakarya, yaitu batik tulis.Perjalanan Mandalawangi kali ini mengunjungi sebuah kawasan yakni Giriloyo, sebuah dusun di wilayah Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Jogjakarta yang terletak kurang lebih 17 km arah selatan Kota Jogjakarta.
Keberadaan batik tulis Giriloyo , konon berawal dari pembangunan makam raja - raja di Imogiri pada tahun 1654 yang digagas oleh Sultan Agung. Waktu itu Sultan menemukan tanah yang cocok untuk makam. Namun kenyataannya kompleks untuk makam ini ditempati oleh pamannya, yaitu Panembahan Junimah.Untuk mengobati kekecewaan , Sultan Agung mengalihkan pembangunan makam ke Bukit Merak yang berada di Dusun Pajimatan wilayah Girirejo11.
Di lokasi ini banyak abdi dalem yang memelihara dan menjaga makam sebelum ditempati, dipimpin oleh seorang yang berpangkat bupati. Dalam perkembangannya , banyak abdi dalem menjadi perajin batik atau membatik di lokasi itu. Seiring perjalanan waktu keterampilan itu diwariskan secara turun temurun hingga sekarang.
Kain batik-tulis bukanlah hanya sekedar kain, tapi telah menjadi bentuk seni yang diangkat dari hasil cipta, rasa dan karsa pembuatnya. Motif-motif atau ragam hiasnya dipengaruhi oleh faktor: letak geografis, kepercayaan dan adat istiadat, keadaan alam sekitarnya termasuk flora dan fauna serta kontak atau hubungan antardaerah penghasil batik , ditambah sifat dan tata penghidupan di daerah yang bersangkutan.
Dalam Katalog Batik Khas Jogjakarta terbitan Proyek Pengembangan Industri Kecil dan Menengah ,Propinsi Daerah Istimewa Jogjakarta (1996), bahwa di Daerah Istimewa Jogjakarta sedikitnya memiliki 400 motif batik, baik motif klasik maupun modern.
Beberapa nama ragam hias atau motif batik Jog- jakarta antara lain: parang, banji, tumbuh-tumbuhan menjalar, tumbuh-tumbuhan air, bunga, satwa, sido asih, keong renteng, sido mukti, sido luhur, semen mentul, sapit urang, harjuna manah, semen kuncoro, sekar asem, lung kangkung, sekar keben, sekar polo, grageh waluh, wahyu tumurun, naga gini, sekar manggis, truntum, tambal, grompol, ratu ratih, semen roma, mdau broto, semen gedhang, jalu mampang, dan lainnya.
Masing-masing motif batik memiliki nilai filosofis dan makna sendiri. Filosofis corak batik yang dibuat di Giriloyo antara lain: Sido Asih yang mengandung makna si pemakai apabila hidup berumah tangga selalu penuh dengan kasih sayang.
Sido mukti mengandung makna, apabila dipakai pengantin, hidupnya akan selalu dalam kecukupan dan kebahagiaan. Sido mulyo mengandung makna si pemakai hidupnya akan selalu mulia. Sido luhur mengandung makna si pemakai akan menjadi orang berpangkat yang berbudi pekerti baik dan luhur.
Truntum mengandung makna cinta yang bersemi. Grompol, artinya kumpul atau bersatu, mengandung makna agar segala sesuatu yang baik bisa terkumpul seperti rejeki, kebahagiaan, keturunan, hidup kekeluargaan yang rukun. Tambal mengandung makna menambah segala sesuatu yang kurang.
Apabila kain dengan motif tambal digunakan untuk menyelimuti orang yang sakit akan sembuh atau sehat kembali sebab menurut anggapan pada orang sakit itu pasti ada sesuatu yang kurang .
Ratu ratih dan semen roma melambangkan kesetiaan seorang isteri. Madu bronto melambangkan asmara yang manis bagaikan madu. Semen gendhang mengandung makna harapan agar pengantin yang mengenakan kain tersebut lekas mendapat momongan.
Motif-motif tersebut dari dahulu sampai sekarang diwariskan secara turun-temurun, sehingga polanya tidak berubah, karena cara memola motif itu hanya dilakukan oleh orang-orang tertentu, dan tidak setiap pembatik dapat membuat motif sendiri. Orang yang membatik tinggal melaksanakan pola yang telah ditentukan. Jadi, kerajinan batik tulis merupakan suatu pekerjaan yang sifatnya kolektif.
Sebagai catatan, para pembatik di Giriloyo khususnya dan Yogyakarta umumnya, dilakukan oleh kaum perempuan baik tua maupun muda. Keahlian membatik tersebut pada umumnya diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi .