nasional

SPI : Pemerintah Belum Berhasil Menangani Persoalan Pangan

Selasa, 5 April 2022 | 10:35 WIB
Ilustrasi SPI: “Menyerahkan persoalan pangan pada mekanisme pasar, maka potensi bergejolaknya akan sangat tinggi” (Unsplash)

Bisnis Bandung - Nilai Tukar Petani (NTP) nasional pada Maret 2022 sebesar 109,29 atau mengalami kenaikan 0,42 persen dibandingkan bulan Februari 2022.

Dalam Berita Resmi Statisik yang dirilis oleh oleh Badan Pusat Statistik (BPS), kenaikan NTP disebabkan Indeks Harga yang Diterima Petani (lt) naik sebesar 0,99 persen lebih tinggi, dibandingkan dengan Indeks Harga yang Dibayarkan Petani (lb) sebesar 0,57 persen.

Dalam Berita Resmi Statistik tersebut, BPS juga mencatat kenaikan NTP Maret 2022 dipengaruhi naiknya tiga NTP subsektor,

Yakni: 1) Hortikultura: 2,83 persen; 2) Tanaman perkebunan rakyat: 1,87 persen; dan 3) Peternakan rakyat: 0,92 persen.

Sebaliknya, subsektor tanaman pangan dan perikanan justru mengalami penurunan, masing-masing sebesar 1,19 persen dan 0,45 persen.

Menanggapi hal tersebut, Agus Ruli, Sekretaris Umum (Sekum) Serikat Petani Indonesia (SPI), menyebutkan penurunan NTP subsektor tanaman pangan disebabkan beberapa faktor, seperti situasi panen raya dan faktor cuaca yang mempengaruhi kualitas gabah.

Baca Juga: Jokowi - Luhut 3 Periode, Ini Kata Amien Rais

“Berdasarkan catatan kita, situasi panen raya kerap kali menekan harga jual di tingkat petani. Ditambah lagi dengan kondisi cuaca yang di beberapa wilayah curah hujannya masih tinggi."

"Hal ini menyulitkan penjemuran gabah tidak maksimal dan kadar airnya tidak sesuai, akibatnya kualitasnya menjadi turun,” kata Agus Ruli

“Laporan dari anggota SPI di berbagai wilayah melihat harga gabah paling rendah di kisaran Rp 4.000."

"Ini berada di bawah rata-rata yang dicatat oleh BPS, yakni Rp 4.257 untuk di tingkat petani dan juga HPP yang diterapkan oleh pemerintah."

"Dampaknya penurunan ini cukup terasa, mengingat terjadi juga kenaikan pengeluaran-pengeluaran, khususnya konsumsi rumah tangga,” lanjutnya.

Sementara itu, di subsektor hortikultura, Agus Ruli menyebutkan kenaikan harga yang diterima petani masih dinikmati terbatas pada komoditas tertentu saja, khususnya cabai merah.

“Kelompok sayur-sayuran sebagai salah satu penyusun subsektor hortikultura relatif stabil sama seperti bulan-bulan sebelumnya."

"Bahkan untuk tanaman cabai, yang dilaporkan sebagai penyumbang kenaikan tertinggi, kami mencatat terdapat anomali. Di Bengkulu misalnya, laporan dari anggota SPI di sana menyebutkan harga cabai di tingkat petani justru rendah,” terangnya.

Halaman:

Tags

Terkini