Bisnisbandung.com - Semenjak bulan Agustus 2022 lalu sampai sekarang ini perum Bulog mendata kenaikan permintaan kebutuhan akan beras terjadi. Begitu dikatakan Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso, dalam penjelasannya yang diterima, Selasa (4/4/2023).
"Yang umumnya 30 ribu (ton) setiap bulan. Pada waktu itu naik permintaan beras bulog satu bulan itu rata-rata sampai 180-190 ribu ton /bulan, sampai ini hari," kata Budi.
Budi menjelaskan, karena kenaikan itu karena itu automatis upaya stabilisasi harga menyedot Cadangan Beras Pemerintahan (CBP). Karena itu, impor beras harus dilaksanakan di akhir Desember 2022 lalu dengan kuota sekitar 500 ribu ton untuk keperluan stabilisasi harga.
Baca Juga: Siapkan Tol Cisumdawu Untuk Mudik? Ini Jawaban Kementerian PUPR
"Dalam waktu pertemuan dengan komisi IV di lapangannya pada waktu itu 2022 itu tidak ada. Hingga untuk keperluan CBP kita keluar terus, karena itu kita harus keputusannya import 500 ribu ton," katanya.
Selanjutnya, Buwas mengatakan import yang sudah dilakukan tidak dapat tercukupi tepat waktu sampai batasan akhir Desember. Hal tersebut mengingat waktu penugasan yang minim pada 19 Desember 2022.
"Keinginannya 500 ribu ton di bulan Desember tidak dapat tiba dan hal Itu juga tidak dapat tercukupi karena perintahnya telah mepet 19 Desember. Hingga cuma tiba 80an, sisanya tibanya 2023 awalnya Januari-Februari, itu sisanya" katanya.
Baca Juga: 65 Pengaduan Terkait THR Diterima Disnaker Kabupaten Tangerang
"Permintaan itu juga habis karena dipakai untuk operasi pasar dengan keperluan golongan anggaran dan penanggulangan bencana. Maka cuma tersisa sedikit," katanya.
Sejak ada kenaikan permintaan beras tersebut, pemerintah meminta Bulog untuk membeli gabah dalam negeri.
Namun, berdasarkan neraca bulanan pada periode November hingga Desember terjadi defisit antara produksi dan konsumsi.***