Mahfud mengingatkan agar reformasi Polri tidak berhenti di level kosmetik seperti rotasi jabatan atau pergantian Kapolri.
Ia menilai langkah-langkah itu seharusnya bisa dilakukan Presiden kapan saja tanpa perlu membentuk tim khusus.
“Kalau hanya untuk reposisi buat apa tim reformasi? Itu kerjaan biasa bagi presiden. Reformasi yang sejati harus menyentuh akar masalah, bukan sekadar ganti orang,” ujarnya tegas.
Meski mengkritik keras kondisi Polri, Mahfud menolak pandangan bahwa seluruh institusi sudah rusak.
Ia menyebut masih banyak polisi yang baik dan bekerja jujur, terutama di lapangan.
Baca Juga: Ammar Zoni Kini di Nusakambangan, Suratnya Tuai Perhatian
“Kalau 750 ribu desa di Indonesia aman setiap hari, itu artinya banyak polisi yang baik. Hanya saja kerusakan banyak di level struktural atas,” katanya.
Menurutnya, memperbaiki kultur dan kepemimpinan di jajaran menengah hingga atas Polri adalah kunci utama perubahan.
Mahfud menutup pembicaraan dengan menyatakan bahwa reformasi Polri harus dilandasi keberanian politik dan kejujuran moral bukan sekadar proyek ad hoc.
Ia menilai jika tidak ditangani serius ketidakpuasan publik bisa berubah menjadi ancaman sosial yang berbahaya.
“Kalau ketidakadilan dibiarkan, kalau rakyat merasa tidak didengar, itu bisa meledak kapan saja. Mari kita perbaiki bangsa ini dengan gotong royong,” tutup Mahfud.***