nasional

Janji Purbaya Bisa Jadi Bumerang, Achmad Nur Hidayat: Prabowo Bisa Kena Getahnya!

Senin, 13 Oktober 2025 | 14:00 WIB
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa (dok lps.go.id)


Bisnisbandung.com - Pengamat ekonomi politik Achmad Nur Hidayat mengkritik keras gaya komunikasi dan kebijakan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa.

Achmad menilai Purbaya lebih banyak menonjolkan sisi “entertaining” daripada hasil konkret.

Achmad menjelaskan pendekatan semacam itu bisa menjadi bumerang bukan hanya bagi Purbaya tapi juga bagi pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.

Baca Juga: Siap Tertawa Sekaligus Merinding di “Comic 8 Revolution: Santet K4bin3t”

“Kalau komunikasinya terus seperti ini yang menghibur tapi tanpa bukti konkret, ini bisa jadi backfire. Rakyat akan menagih hasil yang dijanjikan,” ujar Achmad dalam youtube Indonesia Lawyers Club.

Achmad mengingatkan bahwa sejumlah pernyataan Purbaya belakangan ini mulai dari target penagihan pajak Rp50–60 triliun hingga wacana penurunan suku bunga masih belum menunjukkan hasil nyata.

“Rakyat butuh bukti bukan janji. Kalau dikatakan mau menurunkan suku bunga atau menagih pajak dari 200 pengusaha besar ya harus jelas progresnya,” katanya.

Ia juga menilai gaya komunikasi Purbaya yang ceplas-ceplos dan terkesan spontan memang berhasil menarik simpati publik namun berpotensi menimbulkan jebakan.

“Kalau janji-janji itu tidak segera dibuktikan rakyat akan merasa dibohongi. Dan itu bisa merusak kepercayaan publik terhadap pemerintahan Prabowo-Gibran,” tegas Achmad.

Baca Juga: “Medium Ugly” Saat Cinta Tak Butuh Wajah Tampan untuk Jadi Lucu dan Tulus

Achmad memaparkan data World Uncertainty Index (WUI) terbaru menunjukkan tingkat ketidakpastian ekonomi Indonesia naik dua kali lipat dari 0,5 menjadi 1,1 pada kuartal II 2025.

“Ini menandakan dunia menilai ekonomi kita makin tidak pasti. Jadi yang dibutuhkan bukan komunikasi penuh drama tapi aksi yang terukur,” ujarnya.

Menurutnya kebijakan-kebijakan seperti injeksi dana Rp200 triliun ke perbankan harus disertai desain kebijakan yang jelas dan target terukur.

“Kalau uang Rp200 triliun itu hanya berputar di kalangan elit atau pelaku pasar saham domestik ya pertumbuhan ekonomi rakyat enggak akan terasa,” ujarnya.

Baca Juga: Tragedi di Balik Jas Putih: “Malam Alia” Angkat Isu Perundungan Mahasiswa Kedokteran

Halaman:

Tags

Terkini