Bisnisbandung.com - Ekonom Awalil Rizky menyoroti postur APBN 2026 yang baru saja disepakati pemerintah dan DPR.
Menurutnya target pendapatan negara terlihat terlalu ambisius dan pemerintah justru tampak kalang kabut mencari cara untuk menutupinya.
Awalil menyebut kenaikan target pendapatan dalam APBN 2026 sebagian besar hanya bertumpu pada cukai terutama dari rokok dan minuman berpemanis dalam kemasan.
Padahal kata dia di lapangan justru industri rokok sedang melemah bahkan beberapa pabrik besar melakukan PHK.
“Kalau ditelisik yang naik itu hanya cukai. PPH, PPN, pajak lainnya tetap sama. Ini menarik karena pada saat yang sama Menteri Keuangan sendiri bilang jangan sampai orang bayar cukai tapi malah tutup pabrik,” ujar Awalil.
Awalil juga menyoroti lonjakan tajam pada pos “pajak lainnya” yang melonjak dari hanya Rp8 triliun pada tahun-tahun sebelumnya menjadi Rp104 triliun pada 2025 dan ditargetkan naik lagi menjadi Rp127 triliun di 2026.
Ia menduga hal itu terkait dengan masalah administrasi perpajakan.
Termasuk sistem core tax (Kortek) yang belum beres atau bahkan kemungkinan adanya wacana tax amnesty baru.
Baca Juga: Siap Tayang Bulan Depan, Film Horor Indonesia ‘Abadi Nan Jaya’ Sajikan Teror Zombi Unik
“Apakah Kortek belum selesai juga diperbaiki? Atau ada rencana tax amnesty lagi sehingga ditaruh di pajak lain-lain? Ini pertanyaan besar,” tegasnya.
Awalil menilai APBN 2026 sebenarnya dibangun di atas target yang terlalu optimistis dengan asumsi pertumbuhan ekonomi 5,4% dan dorongan besar dari PPN serta PPH.
Padahal rencana kenaikan PPN dari 11% ke 12% yang semestinya berlaku 2025 masih tertunda akibat tekanan publik.
“Kalau PPN tidak jadi 12% di 2026, sulit tercapai targetnya. Karena target PPN di 2025 saja sudah ketinggian, realisasi cuma sekitar 94%,” jelas Awalil.
Baca Juga: Deretan Bintang Muda dan Senior Ramaikan Serial Remaja ‘Di Luar Nurul’