bisnisbandung.com - Reformasi Kepolisian Republik Indonesia (Polri) menjadi perhatian publik. Karena banyaknya kekecewaan publik terhadap kinerja Kapolri.
Pengamat politik Ikrar Nusa Bhakti menilai, upaya perubahan yang sedang digulirkan belum menyentuh hal-hal substansial dan masih terjebak dalam pola lama, termasuk gaya militeristik serta kecenderungan menjadi alat kekuasaan.
Saat ini terdapat dua jalur reformasi yang berjalan bersamaan. Pertama, reformasi internal yang dipimpin Kapolri dengan melibatkan puluhan perwira tinggi dan menengah.
Kedua, pembentukan Komite Reformasi Polri oleh Presiden Prabowo Subianto yang disebut akan memegang peran utama dalam menentukan arah perubahan institusi kepolisian.
Baca Juga: Istri Ungkap Sosok Arya Daru, Desak Pemerintah Tuntaskan Kasus Secara Transparan
Menurut Ikrar, arah reformasi tersebut masih belum terlihat jelas. Perubahan seharusnya tidak hanya sebatas pada aspek kelembagaan, tetapi juga menyentuh reformasi budaya kerja, struktur, hingga instrumen organisasi.
“Inilah yang nantinya akan menentukan dan memegang peran utama dalam reformasi Polri itu sendiri. Tentunya akan ada, entah sinergi ataupun kerja sama, di antara mereka,” ujarnya dilansir dari youtube pribadinya.
“Namun, kita belum tahu ke mana arahnya, walaupun kita berharap reformasi Polri benar-benar menyentuh hal-hal yang substansial,” sambungnya.
Polri diharapkan benar-benar menjalankan fungsi utamanya sebagai pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat, bukan hanya melayani kepentingan kelompok tertentu.
Baca Juga: Menkeu Sebut Hotman Paris Rugi Sementara, Untung Besar di Jangka Panjang
Ia menilai, dalam beberapa tahun terakhir Polri lebih berfungsi sebagai alat kekuasaan. Kondisi ini membuat peran Polri sebagai institusi profesional dan independen belum terwujud sepenuhnya.
“Di bawah mantan Presiden Joko Widodo, khususnya sejak 2018, Polri tampak menjadi sebuah alat kekuasaan Presiden semata,” lugasnya.
“Kita juga tahu, Polri kemudian digunakan untuk kepentingan apapun, seperti yang tadi saya katakan, bisa menjadi pelindung, pengayom, dan pelayan rezim yang sedang berkuasa, namun kurang menjurus pada Polri yang benar-benar profesional,” lanjutnya.
Baca Juga: Boyamin Saiman Ungkap Masih Ada Mastermind Sindikat Bobol Bank yang Berkeliaran