nasional

Praktisi Diplomasi Ungkap Kerentanan Diplomat di Tengah Konflik dan Kejahatan Terorganisir

Sabtu, 13 September 2025 | 18:00 WIB
Menlu Sugiono soroti kematian staf KBRI Zetro Leonardo. (Instagram.com/sugiono_56)

bisnisbandung.com - Meningkatnya kasus kriminal lintas negara dan konflik bersenjata membuat posisi diplomat Indonesia semakin rentan.

Praktisi sekaligus pengajar diplomasi, Dinna Prapto Raharja, menilai bahwa tugas seorang diplomat memiliki risiko tinggi karena bersentuhan langsung dengan isu-isu sensitif yang kerap menimbulkan ketegangan politik maupun kepentingan kriminal.

Diplomat pada dasarnya bertugas mencegah konflik dan menjaga citra negara di mata dunia. Namun, di tengah dinamika global saat ini, pekerjaan tersebut semakin berbahaya.

“Tugas diplomat itu justru mencoba menghindari terjadinya konflik yang lebih besar, terjadinya image yang kurang baik terhadap negara kita atau terhadap bangsa kita ya, orang-orang Indonesia gitu,” ujarnya dilansir dari youtube SINDOnews.

Baca Juga: Kuasa Hukum Keluarga Arya Daru Duga Ada Benang Merah Kematian Zetro dan Arya Daru

“Dan di situ risikonya tinggi karena ada saja pihak-pihak yang tidak suka. Salah satu faktornya misalnya unsur kriminal, kemudian ada unsur perang, dan ada unsur sengketa,” terusnya.

Meskipun Konvensi Wina 1961 memberikan perlindungan terhadap diplomat, aturan tersebut umumnya hanya mencakup perlindungan di ranah resmi, seperti gedung kedutaan, ruang negosiasi, serta perlengkapan diplomatik.

Perlindungan personal terhadap diplomat di luar ruang lingkup tersebut tidak selalu terjamin, terutama ketika mereka berhadapan langsung dengan situasi rawan.

Baca Juga: Ade Armando Bongkar Alasan Sri Mulyani Tinggalkan Kursi Menteri Keuangan

Menurut Dinna, ancaman nyata terhadap diplomat sering muncul di kawasan konflik maupun di wilayah yang dikuasai kelompok kriminal.

Dalam situasi seperti itu, negosiasi diplomatik, upaya membebaskan tawanan, atau intervensi terhadap perdagangan manusia dapat mengancam keselamatan nyawa.

Risiko ini diperparah oleh fakta bahwa kelompok kriminal transnasional memiliki jaringan yang rapi dan sulit dikendalikan, bahkan oleh negara setempat.

Baca Juga: Sri Mulyani Calon Presiden RI 2029-2034? Ikrar Nusa Bhakti: Rekam Jejaknya Layak Jadi Pemimpin

Praktik perdagangan senjata, perdagangan satwa liar, dan terutama perdagangan orang menjadi ancaman serius bagi diplomat, karena bisnis ilegal ini menghasilkan keuntungan miliaran rupiah setiap hari.

Halaman:

Tags

Terkini