Bisnisbandung.com - Isu prostitusi yang mulai merebak di kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN) menambah panjang daftar persoalan yang membayangi megaproyek pemindahan ibu kota negara tersebut.
Pegiat media sosial Edy Mulyadi angkat bicara dan menegaskan bahwa berbagai masalah yang muncul, termasuk prostitusi, hanyalah dampak dari perencanaan yang dinilai tidak matang sejak awal.
Menurut Edy Mulyadi, kehadiran prostitusi bukanlah tanda bahwa kawasan IKN kini telah menjadi hidup atau ramai.
Baca Juga: Jam Masuk Sekolah Maju ke 06.30! Dedi Mulyadi Siap Ubah Wajah Pendidikan Jawa Barat
Sebaliknya, hal ini dianggap sebagai gejala sosial yang muncul akibat pemisahan komunitas laki-laki dan perempuan.
“Seperti memang ketika sebuah kegiatan yang memisahkan laki-laki dari perempuannya dalam konteks suami dengan istrinya,” terangnya dilansir dari youtube Official iNews.
Fenomena ini, dalam pandangannya, justru menguatkan kesan bahwa proyek IKN belum siap secara sosial dan infrastruktur, dan menjadi bukti bahwa kawasan tersebut belum layak huni.
Lebih lanjut, Edy juga menyoroti pernyataan terbaru yang menyebutkan bahwa proyek IKN kini menghadapi tantangan serius, termasuk pemblokiran anggaran dari pemerintahan baru.
Situasi ini disebutnya sebagai sinyal bahwa proyek tersebut mulai kehilangan arah dan dukungan politik.
Edy juga mengingatkan bahwa kritik terhadap IKN bukan hal baru. Sejak awal, ia mengaku telah merujuk pada hasil kajian dari sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) lingkungan hidup yang menyoroti dampak ekologis, sosial, dan ekonomi dari proyek ini.
Ia menganggap pembangunan IKN lebih condong sebagai proyek yang menguntungkan segelintir kelompok elit atau oligarki, alih-alih menjawab kebutuhan rakyat.
Pandangannya menegaskan bahwa pembangunan IKN dilakukan tanpa visi yang jelas, termasuk dalam aspek pendanaan, kesiapan lahan, serta perencanaan jangka panjang.
Baca Juga: Tempat Minuman Keras Tanpa Izin Ditutup, Wakil Wali Kota Bandung Erwin Pastikan Tak Ada Ampun