Menurutnya, nilai kuota hangus itu semestinya tercatat sebagai bagian dari laba Telkom Group.
“Contoh saya menggunakan kartu Halo, tapi saya hampir tidak pernah sama sekali menggunakan untuk secara aktif. Tapi saya tiap bulan mesti membayar kuota saya.
Boleh dibilang tidak terpakai lebih dari 50%. Nah inilah yang saya katakan, lari ke mana sisa kuota?” ujarnya menegaskan.
Tak berhenti di situ, Sadarestuwati juga menyoroti kontribusi Telkom Group terhadap penerimaan negara.
Ia menyebut, kontribusi Telkom melalui pajak dan dividen selama periode 2020 hingga 2024 tercatat hanya sekitar Rp20.041,5 miliar, angka yang dinilainya masih jauh dari potensi yang semestinya bisa diperoleh negara.***