nasional

Perang Kerap Dibungkus Narasi Keagamaan, Islah Bahrawi Beri Kritikan Tajam

Kamis, 26 Juni 2025 | 20:00 WIB
Isalah Bahrawi, Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia (Tangkap layar youtube Indonesia Lawyers Club)

bisnisbandung.com - Ketegangan antara Iran dan Israel memicu polemik global, tak hanya dalam ranah politik dan militer, tetapi juga pada bagaimana konflik ini dikaitkan dengan agama.

Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia, Islah Bahrawi, menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap kecenderungan menjadikan agama sebagai pembenaran dalam konflik bersenjata.

“Jadi yang paling membuat saya sangat concern dalam perang antara Iran dan Israel ini adalah ketika agama itu menjadi alat legitimasi,” tegasnya di Indonesia Lawyers Club.

Baca Juga: Monique Rijkers: Sejak Revolusi Islam Iran 1979, Iran Menyebarkan Propaganda Anti-Israel ke Dunia

Islah menegaskan pentingnya memisahkan semangat teologis dari aksi kekerasan. Ia menilai bahwa ketika ayat-ayat kitab suci, baik dari Alkitab, Al-Qur’an, maupun Taurat, digunakan sebagai legitimasi perang, maka kekerasan yang terjadi akan dikemas seolah-olah mulia.

Hal ini dianggap berbahaya karena dapat mengaburkan batas antara pembelaan moral dan ambisi politik.

Menurut Islah, sejarah panjang peradaban dunia mencatat bahwa sebagian besar konflik berdarah termasuk yang terjadi di kawasan Timur Tengah kerap dibungkus dengan narasi keagamaan.

Baca Juga: Aktivis Pro-Israel Klaim Israel Menang: Serangan Tidak Membabi Buta seperti Iran

Ia menyebut bahwa peristiwa-peristiwa besar seperti Perang Salib, penaklukan Konstantinopel, hingga konflik di Yerusalem, kerap menyematkan agama sebagai alasan utama, padahal muatannya lebih dominan bersifat politik dan ekspansi kekuasaan.

“Dan hampir semuanya, perang dan pelanggaran kemanusiaan yang terjadi di sana, kita bicara di sana, atas nama keyakinan-keyakinan teologis semuanya. Nah, ini adalah gambaran bahwa tidak boleh aksi-aksi dehumanisasi itu kemudian dilegitimasi oleh sitiran ayat-ayat atau atas nama agama apa pun,” ucapnya.

Islah memaparkan bahwa siapa pun pihak yang menjadikan agama sebagai pembenaran dalam melakukan kekerasan baik Iran maupun Israel pada dasarnya telah merusak esensi nilai agama itu sendiri.

Semua agama, menurutnya, membawa pesan kasih, perdamaian, dan kemanusiaan, bukan pembantaian atas nama doktrin atau kepercayaan tertentu.

Dalam refleksi tersebut, Islah menekankan bahwa motivasi sesungguhnya dalam konflik semacam ini lebih bersifat geopolitik dan perebutan pengaruh kawasan.

Baca Juga: Di Balik Konflik Iran dan Israel, Diduga Ada Pertarungan Dua Ideologi Mesianik Abad Modern

Halaman:

Tags

Terkini