Kedua, Rocky Gerung menggarisbawahi bahwa pertemuan ini juga mungkin berkaitan dengan tekanan yang muncul dari sejumlah kalangan purnawirawan dan masyarakat sipil yang menyuarakan gagasan pemakzulan terhadap Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Ia melihat bahwa meskipun tekanan tersebut belum terartikulasi secara formal, namun secara sosiologis telah membentuk opini yang cukup kuat di tengah masyarakat.
Isu ini berkembang di luar institusi resmi, namun dianggap memiliki potensi politik yang signifikan.
Baca Juga: Job Fair Pemerintah Dianggap Kurang Efektif, Ini Kata Konsultan SDM
Lebih lanjut, Ia menekankan bahwa rangkaian pertemuan antara Gerindra dan PDIP menunjukkan adanya tindakan politik yang bersifat purposif, atau memiliki tujuan tertentu yang sedang diarahkan.
Tujuan itu bisa berupa ajakan untuk rekonsiliasi politik dalam bentuk reshuffle kabinet, atau justru bagian dari strategi menghadapi tekanan terhadap legitimasi wapres.
Menurut Rocky Gerung, konsolidasi antara Gerindra dan PDIP bukan hanya soal distribusi kekuasaan, tetapi juga soal bagaimana kedua kekuatan politik ini membaca dan merespons kegelisahan publik, baik dari kalangan elite maupun rakyat sipil.***