“Pak Jokowi juga orang yang bisa menerima perbedaan. Sama Rocky Gerung saja yang kritik keras enggak pernah dituntut,” ujarnya.
Ia juga menyebut peran penting pihak ketiga seperti Prabowo dan Try Sutrisno dalam menjembatani tokoh-tokoh nasional agar bisa duduk bersama tanpa dibebani dendam politik masa lalu.
Zulfan memuji sikap Prabowo Subianto yang dinilainya berjiwa besar dan mampu merangkul siapa pun.
Termasuk mereka yang dulu menjadi lawan politik atau bahkan pihak yang sempat mempersulitnya saat diberhentikan dari militer.
Baca Juga: Mungkinkah Rekonsiliasi? Jokowi Mania Buka Suara Perihal Momen Pertemuan Megawati dan Gibran
“Pak Prabowo dirangkul semua jenderal yang dulu membuatnya pensiun dini bahkan bisa duduk bareng dan kerja bareng. Itu karakter pemimpin yang luar biasa,” tegasnya.
Salah satu poin krusial adalah wacana pemakzulan Gibran.
Zulfan menilai bahwa momen salaman antara Gibran dan Try Sutrisno di depan Bu Mega sangat signifikan secara politik.
Apalagi Try Sutrisno sebelumnya dikaitkan dengan forum purnawirawan yang mendukung pemakzulan Gibran.
Baca Juga: Prabowo Presiden Cerdas, Pakar Komunikasi Politik Soroti Pertemuan Para Tokoh di Hari Pancasila
"Kalau mereka bisa duduk bareng dan salaman itu pertanda bahwa semangat pemakzulan sudah melemah. Mungkin masih ada yang ajukan surat pemakzulan tapi realitas politiknya sudah berubah,” ujar Zulfan.
Menurutnya pemakzulan yang digerakkan atas dasar politisasi konstitusi akan sulit bertahan jika elite bangsa justru menunjukkan kedewasaan politik dan semangat persatuan.
Menutup pernyataannya Zulfan mengingatkan agar Indonesia tidak terjebak dalam politik kebencian seperti yang terjadi di Amerika Serikat.
“Jangan sampai kita seperti Amerika, hal-hal kecil jadi perpecahan. Kalau ada tokoh politik yang mau membangun silaturahmi, kita harus dukung. Dan Prabowo sudah menunjukkan itu,” pungkasnya.***