Bisnisbandung.com - Pertemuan tokoh-tokoh besar bangsa dalam upacara Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni lalu menyisakan momen menarik.
Bukan hanya soal kehadiran Bu Megawati Soekarnoputri, Prabowo Subianto, dan Gibran Rakabuming Raka tapi juga momen ketika Gibran bersalaman dengan Jenderal (Purn) Try Sutrisno di depan Bu Mega.
Politisi senior Zulfan Lindan menyebut pertemuan itu sebagai isyarat meredanya ketegangan elite politik dan bahkan menyebut "wacana pemakzulan kandas".
Baca Juga: Konsisten Kritik Jokowi Bertahun-Tahun, Praktisi Hukum Singgung Dokter Tifa
“Gibran salaman dengan Pak Try di depan Bu Mega itu momen penting,” ujar Zulfan dalam youtube COKRO TV.
“Kalau dulu Pak Try aktif di forum yang mengusulkan pemakzulan Gibran sekarang mereka bisa salaman. Itu bukan hal kecil,” tambahnya.
Zulfan memandang momen kebersamaan para tokoh di Hari Lahir Pancasila itu bukan hanya acara seremonial belaka.
Melainkan bentuk nyata dari budaya politik Indonesia yang berlandaskan silaturahmi dan gotong royong.
“Dulu founding fathers kita berbeda tajam secara ideologi tapi tetap bisa duduk bareng. Bung Karno bisa boncengan sama Pak Natsir bisa ngobrol bareng Sutan Sjahrir. Nah sekarang Bu Mega, Gibran, Pak Try, dan Pak Prabowo juga menunjukkan hal yang sama: perbedaan tak jadi penghalang untuk duduk bersama,” ujarnya.
Baca Juga: Proses Penyelidikan Ijazah Jokowi Diragukan, LEMKAPI: Silakan Saja Tidak Percaya
Menurut Zulfan budaya politik seperti inilah yang perlu ditanamkan kepada generasi muda terutama di tengah polarisasi tajam akibat Pilpres.
Ia menyebut momen pertemuan itu sebagai "pendidikan politik yang hidup" karena memperlihatkan bahwa elite bisa berbeda pendapat tanpa harus bermusuhan.
Terkait hubungan Megawati dan Jokowi yang belakangan disebut renggang Zulfan optimistis keduanya akan menemukan jalan untuk berdamai.
Ia menilai Bu Mega sebagai sosok yang mampu berkontemplasi dan memikirkan yang terbaik bagi bangsa.
Baca Juga: PDIP Tegaskan Tidak Ada Kompromi Politik dalam Pertemuan Megawati dan Gibran