Mereka katanya tidak malu mengakui bahwa kampus mereka kini menjadi alat kekuasaan.
“Mereka dengan jujur mengatakan bahwa kampus kami kampus penjilat. Itu tamparan keras. Dan publik mendukung mereka karena tahu bahwa selama 10 tahun ini, UGM lebih sibuk membela Jokowi daripada menjaga integritas akademiknya,” tegas Rocky.
Lebih lanjut Rocky menyebut bahwa meskipun Bareskrim telah menyatakan ijazah Jokowi asli, publik tetap tidak percaya karena persepsi terhadap integritas lembaga penegak hukum dan institusi pendidikan seperti UGM sudah terlanjur rusak.
“Percaya pada hukum iya tapi tidak pada lembaga-lembaga hukum. Percaya pada ilmu pengetahuan iya tapi tidak pada rektor UGM,” sindir Rocky.
Baca Juga: Persoalkan Wacana Kenaikan Dana Partai: Dari 100 ke 1.000 Tak Berdampak, Sekarang Mau 10.000?
Ia juga menilai bahwa para pembela Jokowi baik dari kalangan kampus maupun politisi kini tengah mengalami krisis argumen dan kehilangan legitimasi moral.
“Mereka gagal membela Jokowi karena makin lama makin dangkal argumennya. Mereka hanya bilang ‘percaya saja’ tanpa bisa menjelaskan kenapa harus percaya,” ucapnya.
Rocky menutup komentarnya dengan menyebut bahwa peristiwa ini merupakan titik balik bagi sejarah kampus dan kekuasaan.
Di saat kekuasaan melemah, kata Rocky mahasiswa muncul sebagai suara kebenaran yang tidak bisa dibungkam.
“Ini saatnya sejarah berbicara. Ketika kekuasaan melemah, suara mahasiswa justru menguat. Dan sekarang suara itu datang dari UGM,” pungkas Rocky.***