Sebagai alternatif, Nurdin mendorong agar Kementerian Pendidikan dan instansi terkait mengambil peran lebih besar dalam menciptakan program yang menyentuh aspek pembangunan karakter melalui jalur edukatif, bukan semata pembinaan fisik.
“Harus diberi kegiatan ekstrakurikuler dibanding intrakurikuler yang sebanding, itu, sehingga anak-anak kita itu tidak punya waktu dan kesempatan untuk berbuat sesuatu yang tidak baikb-aik untuk dirinya maupun untuk masyarakat,” terusnya.
Ia menekankan pentingnya penguatan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah yang bersifat mendidik, menyenangkan, dan produktif.
Menurutnya, kegiatan seperti perkemahan Sabtu-Minggu (persami) yang melibatkan siswa dalam aktivitas nyata bersama masyarakat bisa menjadi alternatif positif.
Kehadiran TNI pun tetap bisa dimanfaatkan, bukan dalam bentuk pelatihan militer, tetapi lebih ke arah pembentukan kedisiplinan dan kepemimpinan dalam kerangka edukatif.***
Baca Juga: Catatan Kritis Adi Prayitno: Nasib Reformasi Indonesia Hari Ini