Rocky Gerung juga menyoroti kondisi politik yang diwarnai dengan istilah “matahari kembar”, merujuk pada kekuasaan yang tampak terbagi antara Jokowi dan Presiden terpilih Prabowo Subianto.
Ia mengibaratkan Jokowi sebagai matahari yang terbit dari gorong-gorong sedangkan Prabowo dari Tidar markas besar pendidikan militer.
“Ada dua matahari. Yang satu terbit dari Tidar dan belum tenggelam. Yang satu terbit dari gorong-gorong dan tenggelam di IKN,” sindirnya tajam.
Baca Juga: Polemik Kebebasan Berekspresi, Pakar Hukum UI: Demokrasi Kita Masih Bergulat antara Timur dan Barat
Menutup pernyataannya Rocky Gerung menilai bahwa persoalan Gibran dan dinasti politik Jokowi tidak akan selesai secara hukum semata.
Menurutnya ini adalah panggilan moral dan kebudayaan yang harus dijawab oleh masyarakat luas, khususnya generasi muda dan kalangan intelektual kampus.
“Gibran jadi soal karena kapasitasnya nggak cukup. Maka yang dibutuhkan sekarang bukan skincare, tapi brain care,” pungkas Rocky Gerung.***