nasional

“TNI Serba Salah” eks Kabais TNI Soroti  Ledakan Amunisi di Garut Karena Kebiasaan

Selasa, 13 Mei 2025 | 19:00 WIB
Ledakan maut di Garut (Tangkap layar youtube Kompas TV)

bisnisbandung.com - Ledakan amunisi sisa di Kabupaten Garut yang merenggut nyawa 13 orang menjadi sorotan nasional.

Insiden tragis ini terjadi saat pemusnahan amunisi kadaluwarsa milik TNI Angkatan Darat di lahan milik Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) setempat. Kejadian ini menewaskan sembilan warga sipil dan empat personel TNI.

Laksamana Muda (Purnawirawan) Soleman B Ponto, mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (Kabais) TNI periode 2011–2013, menanggapi kejadian ini dengan menyoroti faktor kebiasaan di lapangan yang dinilai berperan besar dalam terjadinya ledakan maut.

Baca Juga: Tekanan Global untuk Palestina Semakin Kuat, Anies: Dunia Akan Dukung Kemerdekaan

 Menurutnya, praktik membiarkan warga sipil berada dekat lokasi peledakan telah menjadi rutinitas yang dianggap lumrah akibat hubungan dekat antara masyarakat dan prajurit TNI.

“Padahal, saya sangat yakin, ada standar operasinya bahwa mereka tidak boleh berada di situ, dekat-dekat,” ujarnya dilasir Bisnis Bandung dari youtube Kompas TV, Selasa (13/5).

 Kedekatan itu membuat prosedur keamanan kerap diabaikan secara tidak sadar, karena prajurit merasa tidak enak untuk melarang warga yang ingin mengambil sisa-sisa logam pasca-ledakan.

Baca Juga: Slow Living, Gaya Hidup Bebas Dari Stres Dan Menikmati Hidup Sepenuhnya

“Karena tantara baik hati, karena keseringan, lama-lama ya sudahlah, dikasih kesempatan untuk itu dan ya, ini risikonya.  Jadi memang si tentara ini jadi serba salah di lapangan. Kalau dia keras-kerasan, dia dimusuhi. Kalau dia kasih kesempatan, ya begini jadinya,” lanjutnya.

Menurut Ponto, kondisi seperti ini membuat prajurit di lapangan berada dalam posisi serba salah. Jika terlalu tegas, prajurit bisa dianggap tidak bersahabat oleh warga.

 Namun, ketika terlalu longgar, seperti yang terjadi selama ini, risikonya adalah jatuhnya korban jiwa.

Ia juga menilai bahwa pemicu insiden bukan sekadar pelanggaran prosedur, tetapi juga karena adanya asumsi yang keliru bahwa satu ledakan berarti lokasi sudah aman.

Dalam kasus di Garut, ternyata terjadi ledakan kedua setelah ledakan pertama. Hal ini menyebabkan korban jatuh dari kedua pihak baik sipil maupun militer karena beberapa orang sudah mendekat ke lokasi setelah ledakan pertama, mengira proses telah selesai.

Baca Juga: Meme Prabowo-Jokowi, Pengamat Politik Tegaskan: Ini Satir Bukan Tindakan Kriminal

Halaman:

Tags

Terkini