Bisnisbandung.com - Fenomena premanisme di Indonesia kembali jadi sorotan publik bahkan media internasional pun ikut menyoroti.
South China Morning Post melaporkan keresahan investor asing akibat ulah preman di sekitar proyek mobil listrik.
Pengamat politik Rocky Gerung menyebut ada kepentingan politik dan ekonomi yang membungkus fenomena premanisme.
Baca Juga: UU Cipta Kerja Mempercepat Tren PHK, CELIOS Soroti Data BPS Terkait Pangangguran Problematik
Rocky Gerung dalam YouTubenya menegaskan bahwa premanisme bukan sekadar kriminalitas jalanan.
Ia menyebut premanisme harus dibaca sebagai gejala sosial akibat tekanan ekonomi dan struktur politik yang kompleks.
"Premanisme itu bukan sekadar tindakan kriminal. Ia muncul dari krisis sosial ekonomi dan sering dijadikan alat oleh kekuatan politik maupun bisnis," ujar Rocky Gerung.
Menurut Rocky Gerung istilah "preman" awalnya berasal dari kata "freeman" yang berarti orang bebas.
Namun dalam perkembangannya istilah ini berubah makna menjadi agen kekerasan yang kerap digunakan sebagai alat kepentingan tertentu.
Baca Juga: Bonus Demografi Bisa Jadi Beban, DPR Minta Pemerintah Waspadai Lonjakan Angkatan Kerja
Rocky Gerung menyoroti laporan South China Morning Post, media berbasis di Hong Kong yang menyebut dua produsen mobil listrik dari China dan Vietnam menjadi korban pemerasan preman di Indonesia.
Hal ini dinilai sebagai sinyal buruk bagi dunia usaha.
"Kalau media seperti SCMP sudah memberitakan ini artinya investor asing mulai terganggu. Ini bisa mengancam iklim investasi Indonesia," ujar Rocky Gerung.
Ia menduga pembentukan Satgas Anti-Preman oleh pemerintah dan keterlibatan TNI-Polri bukan semata demi keamanan publik melainkan juga demi menjamin kenyamanan investor.
Baca Juga: Dunia Usaha Terguncang, Apindo Sebut Semua Negara Mengalami Masalah PHK Akibat Transformasi